REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Militer Lebanon siap dan sangat mampu menghadapi aksi teror dan akan melanjutkan misinya tak peduli perbedaan politik yang ada.
"Militer dipaksa bertempur melawan pelaku teror. Militer membela rakyat Lebanon dan takkan pernah memihak dalam konflik politik di negeri ini," kata Panglima Angkatan Darat Lebanon Jenderal Jean Qahwaji dalam sebuah wawancara televisi, Kamis (5/3).
Komandan senior militer Lebanon tersebut menambahkan masalah utama militer sekarang ialah mencegah Lebanon dari setiap hasutan dan menghadapi pelaku teror.
Qahwaji juga menyatakan militer Lebanon telah menerima bantuan senjata canggih dari Amerika Serikat, dan bantuan militer dari Yordania.
Militer Lebanon kini terlibat dalam perang sengit melawan kaum fanatik dari kelompok yang memiliki hubungan dengan Alqaidah, Fron Al-Nusra dan ISIS yang berkubu di perbatasan Lebanon Timur dengan Suriah.
Agustus lalu, gerilyawan garis keras merebut Kota Arsal di perbatasan bagian timur Lebanon dan terlibat dalam bentrokan sengit dengan militer Lebanon.
Sebelum mundur ke Suriah, beberapa pria bersenjata menculik sedikitnya 35 prajurit dan polisi. Belakangan anggota Fron Al-Nusra membunuh empat prajurit dan milisi ISIS memenggal seorang prajurit.