REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Wilayah Bengkulu menyebutkan kemiskinan menjadi penyebab utama maraknya kasus inses yang tergolong tinggi di daerah itu. Inses adalah pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan darah atau kekeluargaan.
"Beberapa kasus yang kami tangani, penyebab utama adalah kemiskinan sehingga kasus inses di Bengkulu tergolong tinggi di Indonesia," kata Pengurus KPI Wilayah Bengkulu Junimarti, Selasa (10/3).
Contoh kasus ditemukan di wilayah Kabupaten Kepahiang. Ruang tidur yang dibagi bersama dalam satu keluarga menjadi alasan bagi pelaku untuk menggauli anak kandungnya.
"Ada kasus yang pernah saya tangani si ibu hamil enam bulan, anaknya hamil lima bulan," ujar Junimarti.
Berdasarkan data Yayasan Women Crisis Center Cayaya Perempuan Bengkulu, kasus inses terus meningkat di Bengkulu. Pada 2008 tercatat ada lima kasus, kemudian 2009 hanya dua kasus lalu meningkat menjadi 13 kasus pada 2010 yang menimpa korban dengan kisaran usia lima hingga 18 tahun.
Sekretaris KPI Wilayah Bengkulu Irna Riza Yuliastuty mengatakan dari pengakuan pelaku, sebagian besar beralasan khilaf saat menggauli anak kandungnya.
"Bentuk kekerasan seksual ini cukup memprihatinkan karena Bengkulu menjadi daerah dengan kasus cukup tinggi," katanya.
Ia mengatakan keprihatinan dan kegelisahan tersebut belum menjadi gerakan kolektif. Artinya belum banyak orang yang berpihak pada perempuan yang menjadi korban. Kasus tersebut belum dianggap sebagai masalah sosial, tapi masalah pribadi korban.
Irna meminta semua pihak terlibat, terutama pemerintah agar memperbaiki sistem dalam perlindungan perempuan dan menuntaskan akar masalah, yakni kemiskinan.