REPUBLLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Polisi New South Wales (NSW) menyita 25 kilogram sabu kristal dalam penyelidikan bersama antara pihaknya dengan sejumlah agensi federal.
Dalam menangani kasus ini, polisi NSW bekerja sama dengan Kepolisian Federal Australia (AFP) dan Komisi Kriminal Australia, yang mengarahkan mereka ke stasiun kereta api Clyde di Sydney barat, pekan lalu.
Mereka menangkap dua pria berusia 41 dan 24 tahun di stasiun itu, dan langsung menjadi tersangka setelah mereka bertukar tas dengan uang tunai senilai 200 ribu dolar di dalamnya.
Polisi kemudian menggerebek sebuah apartemen di distrik bisnis Sydney, tempat di mana mereka diduga menemukan uang tunai senilai 4 juta dolar, 25 kilogram sabu kristal, dua kilogram kokain, kasir uang tunai dan pistol jenis revolver.
Menurut polisi, narkoba yang disita diperkirakan memiliki nilai jual sebesar 27 juta dolar.
Wakil Komisaris di Kepolisian NSW, Nick Kaldas, mengatakan, penyitaan itu adalah kemenangan dalam perang melawan narkoba.
"Bagi mereka yang melakukan jenis kejahatan ini, mereka harus berpikir tentang konsekuensi hukuman penjara yang lama, yang hampir pasti akan terjadi,” ungkapnya.
Ia menyambung, "Saya berharap, kami menghukum mereka semaksimal yang kami bisa dengan menyita semua uang - keuntungan haram yang mereka terima dari jenis kejahatan ini."
Direktur Eksekutif Operasional dari Komisi Kriminal Australia, Warren Gray, mengatakan, merangkai bukti dalam kasus ini seringkali tentang mengikuti uang.
"Jejak uang itu seperti DNA. Kejahatan terorganisir meninggalkannya di mana-mana," sebutnya.
Warren mengatakan, data intelijen diinformasikan oleh Satuan Tugas Nasional ‘Eligo’, yang melacak kejahatan terencana melalui aliran uang haram mereka.
"Perampasan sabu sangat penting karena ini telah merugikan 250 ribu individu," katanya.
Ia menerangkan, "Ini adalah salah satu narkoba paling merusak yang tersedia di Australia, sehingga memusnahkan 25 kilogram sabu sebelum terjual ke pasaran adalah kemenangan besar bagi penegakan hukum, tetapi lebih penting lagi, bagi masyarakat Australia."
Dua tersangka itu akan menghadapi pengadilan pada akhir bulan ini.