Kamis 19 Mar 2015 20:25 WIB

Soal Jumlah WNI yang Gabung ISIS, BNPT: Angkanya Variatif

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Bayu Hermawan
Militan ISIS kuasai Irak dan Suriah.
Foto: NBCnews
Militan ISIS kuasai Irak dan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Irfan Idris, menyebut, sulit bagi pihaknya untuk mengkonkretkan jumlah WNI yang bergabung secara langsung dengan kelompok ISIS. Menurutnya, pesan di balik angka-angka itu yang jauh lebih penting.

Sebelumnya, sejumlah pihak termasuk Wakil Presiden, Jusuf Kalla, menyebut setidaknya ada 500 WNI yang sudah bergabung bersama ISIS. Meski tidak membantah, namun Irfan menyebut, angka-angka itu bisa bervariasi.

''Jumlah itu (WNI yang bergabung ISIS) sangat bervariasi. Menyebut angka itu sangat mudah, tapi sebenarnya ekses yang ditimbulkan yang lebih penting, agar perlu strategi untuk bisa diminimalisir (angka itu),'' ujarnya di Jakarta, Kamis (19/3).

Menurutnya variasi angka itu bisa terjadi lantaran adanya kemungkinan para TKI yang bekerja di daerah-daerah yang berdekatan dengan ISIS, seperti Irak, Suriah, Mesir, dan Turki, merasa kecewa terhadap kondisi mereka disana dan akhirnya memilih bergabung dengan ISIS. Selain itu, ada pula kesulitan terkait tidak adanya data resmi yang dimiliki pemerintah.

''Jadi mereka berangkat kesana bergerilya berdasarkan semangat paspor jihad,'' ujarnya.

Secara khusus, ia mengatakan pemahaman-pemahaman radikal yang diusung oleh kemompok-kelompok teroris seperi ISIS sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak lama, bahkan bukan tidak mungkin sejak masa awal-awal kemerdekaan.

Karena itu, pemahaman-pemahaman radikal itulah yang mesti diwaspadai. Jika tidak ditangkal, maka bukan tidak mungkin ada kelompok-kelompok baru seperti ISIS pada masa mendatang.

''ISIS itu berupa kulit luar, tapi pemahaman radikal itu yang harus diwaspadai,'' katanya.

Terkait pola rekrutmen yang dilakukan ISIS di Indonesia, Irfan mengungkapkan, pola rekrutmen dilakukan dengan menggunakan jaring keluarga dan pertemanan. Mereka memulai menyebarkan paham-paham radikal itu leat anggota keluarga mereka dan kepada teman-teman dekat.

Tidak hanya itu, Irfan juga mengakui, pihaknya sudah memetakan wilayah-wilayah yang dianggap kuat menjadi basis pergerakan ISIS di Indonesia. Sebelumnya, Wakapolri, Badrodin Haiti, menyebut sejumlah daerah antara lain Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur (NTB) sebagai tempat berkembangnya paham radikal ISIS.

''Itu mungkin menjadi prioritas dan mendapat perhatian lebih. Tapi, kami juga tidak bisa menafikan lokasi-lokasi lain. Dari Sabang sampai Merauke harus kami amankan dan antisipasi,'' ujarnya.

Irfan menambahkan, justru di wilayah-wilayah yang dianggap tidak berpotensi adanya ISIS harus tetap di waspadai. Lebih lanjut, Irfan menyebutkan, ISIS kemungkinan besar juga tengah mengatur strategi jangka panjang agar membangun kekuatan di Indonesia.

Meski saat ini bisa dibilang masih belum terlihat, tapi contoh kecil yang paling frontal adalah ikrar bergabungnya Mujahid Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, dengan ISIS.

''Mungkin saat ini, dia (Santoso) tengah mengatur strategi. Untuk meminimalisir dan memotong kemungkinan itu, early warning system yang ada di masyarakat harus bisa ditingkatkan. Jadi semangat kebangsaan jangan sampai mati,'' ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement