REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai ibu kota negara, Jakarta selalu menjadi pusat perhatian dan tolok ukur. Hal tersebut membuat kota Jakarta memiliki banyak citra yang melekat.
Namun sayangnya, yang menguat dari kota Jakarta belakangan adalah citra yang cenderung negatif. Mulai dari kemacetan dan juga pelayanan publik yang selalu mendapat sorotan. Hal inilah yang membuat kota Jakarta harus berbenah dan segera membuat branding (citra) baru.
"Upaya melakukan branding Jakarta menjadi mendesak," ujar M Rahmat Yananda, selaku CEO Makna Indormasi dalam diskusi tentang "Identitas Jakarta" beberapa waktu lalu di Jakarta.
Dalam membangun citra kota, Jakarta mau tidak mau harus memperbaiki fungsi layanan kota. Karena layanan kota yang berdaya saing adalah prasyarakat dasar membangun brand kota yang kompetitif.
Identitas kota yang berdaya saing membuka ruang untuk kota melakukan positioning dan mendapatkan citra positif.
"Misalnya Singapura yang diasosiakan sebagai kota yang memiliki tata kelola yang berdaya saing menjadi lokasi kantor untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara global. Karenanya, Jakarta harus banyak belajar dari kota-kota tersebut," kata Rahmat.
Selain itu, identitas sejarah, kondisi alam serta geografi, budaya dan keragaman warga kota juga penting sebagai sumber awal membentuk identitas suatu kota karena memiliki potensi diferensiasi.
Rahmat juga mengingatkan, pemangku kepentingan utama dalam branding kota adalah warga.
"Walaupun branding kota meminjam perangkat pemasaran tidak berarti warga diperlakukan melulu sebagai konsumen," kata dia.