REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Kodim 0826 Pamekasan, Madura, Jawa Timur, berupaya menangkap paham radikal ISIS dengan memberikan wawasan kebangsaan dan pendidikan bela negara kepada kalangan generasi muda, para pelajar, mahasiswa dan satri di wilayah itu.
"Kegiatan ini dilaksanakan secara intensif di semua wilayah di Pamekasan oleh anggota Babinsa, Danramil juga saya sendiri secara langsung," kata Komandan Kodim 0826 Pamekasan Letkol Arm Mawardi kepada Antara di Pamekasan, Rabu (25/3).
Ia menjelaskan, pendidikan wawasan kebangsaan oleh prajurit TNI tidak hanya dilakukan dalam bentuk kegiatan formal, akan tetapi juga diselipkan dalam berbagai kegiatan sosial yang dilaksanakan TNI.
Ia mencontohkan seperti saat petugas melakukan pendampingan pada petani melakukan penyuluhan pertanian, dan berbagai jenis kegiatan lain, setiap ada kesempatan pertemuan dengan masyarakat.
"Saya selalu instruksikan kepada anggota, bahwa jika mereka ada kesematan semaksimal mungkin untuk menyampaikan sosialisasi wawansan kebangsaan dan pendidikan bela negara ini," katanya.
Paham radikal yang berkembang belakangan ini, salah satu penyebabkan karena kurangnya wawasan kebangsaan.
Di tingkat pelajar, kata dia, pendidikan wawasan kebangsaan dan bela negara yang dilakukan Kodim 0826 Pamekasan ini, tidak hanya untuk siswa tingkat SMP dan SMA, akan tetapi juga pada siswa tingkat SD dan taman kanak-kanak, melalui para guru di lembaga pendidikan itu.
"Gerakan informal tentang antisipasi ISIS melalui pendidikan wawasan kebangsaan dan bela negara ini, kami lakukan melalui organisasi pemuda, pendekatan kepada ormas, tokoh masyarakat dan ulama di Pamekasan," katanya.
Dandim lebih lanjut menuturkan, saat ini di Pamekasan ada mubalig dari tiga negara yang melakukan aktivitas dakwah, seperti India, Pakistan dan Srilangka.
Terkait aktivitas pada da'i dari kelompok Islam yang mengatasnamakan diri Jamaah Tabligh itu, pihaknya melakukan pengawasan secara intensif, dengan mengikuti setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka.
"Bukan kita tentang masalah aqidahnya, tapi kita antisipasi kemungkinan adanya penyebaran idiologi atau paham radikal yang bertentangan dengan Idiologi Pancasila.
Jadi, kita persempit ruang gerak mereka," katanya menjelaskan.
Khusus da'i dari tiga negara yang melakukan aktivitasnya di Pamekasan itu, petugas melakukan pendataan, dan selalu mengikuti gerakan mereka.
"Kemudian kita juga mengawasi setiap warga yg bertingkah aneh dan menunjukkan gejala-gejala yang berbeda dengan orang kebanyakan," katanya.
Selain itu, Kodim juga meminta peran aktif masyarakat, dan meminta mereka untuk memberikan informasi sedini mungkin apabila ditemukan adanya kegiatan ataupun bentuk penyebaran paham menyimpang di kalangan masyarakat, dengan menginformasikan kepada Babinsa dan Koramil terdekat.