REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan mempersulit pengendalian inflasi daerah. "Kenaikan harga BBM otomatis membuat harga-harga bahan pokok meningkat, ini mempersulit pengendalian inflasi," kata gubernur saat memimpin rapat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bengkulu di Kantor Gubernur, Senin (30/3).
Gubernur mengatakan fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan premium dalam beberapa bulan terakhir cukup merepotkan. Akibatnya, fluktuasi harga BBM tersebut juga mempengaruhi harga bahan pokok dan ongkos kegiatan perekonomian. "Kalau harga BBM fluktuatif maka harga bahan pokok di pasaran menjadi tidak stabil," ucapnya.
Junaidi mengharap pemerintah pusat lebih bijak menangani persoalan BBM sehingga pemerintah daerah bisa mengontrol harga bahan pokok di pasaran. Jika harga BBM mengalami kenaikan dua kali dalam sebulan maka dampaknya dapat membuat harga bahan pokok melonjak hingga 40 persen.
Deputi Kepala Perwakilan BI Bidang Ekonomi dan Keuangan Christin Sidabutar mengatakan pemerintah perlu mengatur ambang atas dan bawah harga tarif angkutan umum sebagai dampak kenaikan BBM. "Ini perlu untuk mengendalikan kenaikan harga bahan pokok dan pengendalian inflasi lebih mudah," katanya.
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Dodi Herlando mengatakan pemerintah perlu memperbaiki infrastruktur angkutan darat, guna memperlancar distribusi bahan pokok. "Selama ini pemerintah lebih mengutamakan akses Bengkulu dengan Sumatra Selatan, tapi sebagian bahan pokok Bengkulu juga didatangkan dari Padang dan Lampung," kata dia.
Ia mencontohkan untuk kebutuhan daging ayam di Provinsi Bengkulu didatangkan dari Lampung, sedangkan kebutuhan telur didatangkan dari Padang, Sumatra Barat. Berdasarkan data BPS Bengkulu, inflasi Kota Bengkulu pada 2014 sebesar 10,85 persen atau meningkat dibandingkan inflasi pada 2013 yakni sebesar 9,94 persen.