REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Agus Supriatna berharap, Satuan Tugas (Satgas) evakuasi WNI di Yaman sudah bisa rampung pada 9 April mendatang, atau paling cepat selama tujuh hari. Hal ini tidak terlepas dari kondisi Yaman yang dianggap belum stabil.
Untuk itu, lanjut Agus, tim yang terlebih dahulu berangkat harus dapat memastikan jalur-jalur evakuasi mana di Yaman yang dianggap lebih aman. ''Semoga tempat yang dikatakan aman, bisa terus aman untuk mengangkut mereka. Jangan sampai ada pergerakan-pergerakan, karena itu harus cepat dievakuasi. Pergerakan-pergerakan dari mereka sudah pasti ada,'' kata Agus kepada wartawan saat melepas Satgas Evakuasi WNI di Yaman di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (2/4).
Dalam operasi penyelamatan itu, lanjut Agus, misi utama TNI AU adalah mengevakuasi WNI dari Yaman dan dibawa ke tempat yang lebih aman. Rencananya WNI yang berhasil dievakuasi akan dibawa ke Salala, Oman. ''Ini operasi penyelamatan. Kami akan membawa WNI ke tempat aman, dan dari situlah Kementerian Luar Negeri akan memutuskan,'' ujarnya.
Untuk saat ini, Agus belum bisa memastikan titik mana di Yaman yang bisa dibilang aman. Namun, pihak TNI sudah melakukan koordinasi dengan negara-negara yang juga tengah melakukan evakuasi warga negaranya dari Yaman. Tidak hanya itu, Agus mengaku, pihaknya sudah menyampaikan kepada tim Satgas untuk selalu melakukan evaluasi, termasuk jalur evakuasi yang aman dan diperhitungkan faktor bahan bakar pesawat. ''Sehingga jika terjadi apa-apa bisa langsung kembali,'' lanjut Agus.
Agus menegaskan, kapasitas pesawat Boeing 737-400 mencapai 115 orang. Untuk itu, tidak perlu ada kekhawatiran mengenai daya tampung pesawat. Sementara, untuk total kru yang berangkat, Agus menyebut 22 orang. ''Ada 22 personil, baik dari kru TNI ditambah dengan tim dari Kemenlu,'' ujar perwira tinggi bintang empat TNI AU tersebut.