REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan Iran bersama bergerak lebih jauh dalam bidang pertahanan dan energi. Rusia membuka jalan untuk pengiriman sistem rudalnya ke Iran, Senin (13/4). Dua negara rival AS ini juga kemungkinan akan memulai pertukaran minyak dan barang.
Jika terjadi, Moskow akan jadi yang pertama mendapat keuntungan pasca pengangkatan sanksi terhadap Teheran. Kerjasama ini menyusul kesepakatan sementara antara world powers dengan Iran dalam pembatasan program nuklir.
Kremlin mengatakan, Presiden Vladimir Putih pada Senin menandatangani dektrit untuk mengakhiri larangan mengiriman sistem roket anti rudal S-300 ke Iran. Sebelumnya, Moskow membatalkan kontrak pengiriman pada 2010 karena tekanan dari Barat.
Israel dan AS saat itu melobi Rusia untuk memblokir penjualan rudal. Mereka mengatakan sistem S-300 dapat digunakan Iran untuk melindungi fasilitas nuklirnya dari kemungkinan serangan udara di masa depan.
Sementara, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengaku prihatin pada kesepakatan penjualan sistem rudal. Namun, meski demikian, ia tidak berpikir bahwa aksi Rusia tersebut tidak akan merusak persatuan antara negara utama dalam kesepakatan nuklir.
Rusia menandatangani kontrak senilai 800 juta dolar AS untuk menjual sistem rudal ke Iran pada 2007. Namun pengiriman ditangguhkan karena kritik dari AS dan Israel.