REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Prajurit TNI AL dari Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Timur menggelar simulasi pengamanan pejabat negara dari aksi anarkis, termasuk pengamanan pelabuhan dan kawasan laut di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali.
"Kami menguji kemampuan Lanal Denpasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab pengamanan perairan Bali dan pelabuhan," kata Komandan Satuan Tugas Latihan Pengamanan VVIP 2015 Kolonel Laut (E) Yudhi Bramantyo Nursasongko di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Kamis.
Dalam simulasi tersebut digambarkan rombongan Kepala Negara RI saat tengah meninjau sentra ekonomi maritim di Pelabuhan Benoa, dihadang oleh sekelompok demontsran yang berakhir anarkis. Situasi yang tak terduga dan semakin memanas itu, membuat petugas keamanan setempat dengan cepat mengambil langkah blokade barisan dan evakuasi.
Pengamanan dan evakuasi itu kemudian dilakukan melalui jalur laut menggunakan helikopter dan kapal perang.
Dalam simulasi tersebut TNI AL melibatkan sedikitnya 450 personel prajurit Komando RI Kawasan Armada Timur yang meliputi prajurit Lanal Denpasar, tim Komando Pasukan Katak (Kopaska), Dinas Kesehatan Koarmatimm hingga tim syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Benoa.
Bramantyo yang sehari-hari menjabat Komandan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Koarmatim ini menjelaskan selain melibatkan personel, dalam simulasi tersebut juga mengerahkan empat kapal perang yakni KRI Diponegoro, KRI Weling, KRI Tongkol dan KRI Hassanudin.
Satu unit helikopter jenis Bolco NV-412 dari Satuan Tugas Wings Udara RON 400 Pusat Penerbangan Angkatan Laut dan dua combat boat.
"Tujuan digelarnya simulasi ini untuk meningkatkan kemampuan, kesiapan dan kesiapsiagaan personel khusus di Lanal Denpasar dalam rangka mendukung tugas operasi militer selain perang, mengingat di Bali kerap digelar kegiatan nasional dan internasional," ucap Bramantyo.