Rabu 22 Apr 2015 23:47 WIB

WNI Pengikut ISIS Ibarat Keracunan

Ketua MUI Din Syamsuddin (kiri), penulis Dewi Haroen (tengah), akademisi Hamdi Muluk (kanan) berbincang saat bedah dan peluncuran buku
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua MUI Din Syamsuddin (kiri), penulis Dewi Haroen (tengah), akademisi Hamdi Muluk (kanan) berbincang saat bedah dan peluncuran buku "Personal Branding" di Jakarta, Ahad (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Prof Hamdi Muluk menilai Warga Negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ibarat orang keracunan, yakni keracunan ideologi radikalisme.

"Penawar untuk melawan racun itu adalah meyakinkan mereka bahwa NKRI yang berdasar Pancasila adalah terbaik dan bisa membawa kehidupan manusia yang 'baldatun thoyyibatun warobbun ghofur', yang arti harfiahnya adalah negeri yang sentosa, adil dan makmur di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun," kata Hamdi, Rabu (22/4).

Menurut Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia itu, WNI yang nekat pergi ke Suriah merasa tidak puas berada di Indonesia karena mereka berpikir di Indonesia sudah tidak ada harapan lagi, sehingga berharap bisa tinggal di negara utopis (khayalan) yang disebut negara Islam.

Kondisi itu dipicu dengan keadaan Indonesia yang masih karut marut ditambah korupsi yang masih merajalela dan ketidakadilan, serta kelakuan pejabat yang tidak benar.

"Itu membuat daya tarik Indonesia di mata mereka menjadi rendah sehingga mereka berbondong-bondong ingin ke sana. Apalagi ada jaminan masa depan yang dijanjikan ISIS," kata Hamdi.

Jika berpikir jernih, lanjut Hamdi, mereka seharusnya sadar bahwa ISIS bukan negara impian mereka karena sangat tidak islami, yang tercermin dari berbagai aksi kebengisan dan tindakan tidak berperikemanusiaan. Secara logika, ISIS sebenarnya adalah negara darurat dan tidak ada ketenteraman di sana.

Hamdi meyakini adanya indoktrinasi, bahkan pembaiatan, terhadap WNI yang pergi ke Suriah, sebelum mereka berangkat meninggalkan Tanah Air.

"Inilah yang sekarang menjadi tugas seluruh bangsa Indonesia untuk membuat benteng antisipasi terhadap gerakan-gerakan radikalisme tersebut," katanya.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement