Sabtu 02 May 2015 16:02 WIB

Buruh Diminta tak Selamanya Jadi Pekerja

Demo buruh.
Demo buruh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Arief Rosyid Hasan meminta buruh untuk tidak selamanya sekadar menjadi pekerja di negeri sendiri.

"Momentum Hari Buruh tahun ini harus terus dimaknai lebih luas agar kita tidak selamanya menjadi sekadar pekerja di rumah sendiri," kata Arief di Jakarta, Jumat (1/5) malam.

Ia mengatakan sejak Indonesia dibangun, bangsa ini sudah diwanti-wanti pendirinya agar tidak menjadi asing di rumah sendiri. Menurut Bung Karno, hal itu karena sesungguhnya Indonesia adalah bangsa besar.

"Tantangan yang dihadapi juga menurut Soekarno tidak lagi mengusir penjajah, tapi karena melawan bangsa sendiri," katanya.

Di saat yang sama, ia juga meminta pemerintah agar membuat regulasi yang sistematis agar kesadaran nation and character building rakyat tetap hidup. "Intinya jangan lagi saling sikut antarbangsa sendiri," katanya.

Apalagi akhir tahun ini Indonesia sudah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA sendiri menjadi peluang dan ancaman yang serius mengingat dalam bidang ketenagakerjaan, komunitas ini mengisyaratkan dibebaskannya mobilitas tenaga kerja intra-ASEAN.

Hal itu jelas diatur dalam kerangka movement of natural persons yang segaris dengan pandangan WTO. "Ketentuan ini memungkinkan mobilitas kaum profesional (highly skilled) akibat adanya kegiatan perdagangan dan investasi," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement