REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Anhar, menyarankan agar polemik mengenai boleh tidaknya penggunaan langgam Jawa untuk membaca Alquran tidak perlu dipertajam.
Zainut Tauhid Anwar mengimbau kepada para pemimpin ormas dan tokoh-tokoh umat agar tidak terjebak dalam polemik tersebut.
"Memang banyak pro kontra terkait dengan ini ketika kemarin ditampilkan di Istana. Tapi hal itu tidak perlu dipertajam, kita harus arif dalam membaca gagasan Menteri Agama," ujar Zainut Tauhid kepada Republika, Selasa (19/5).
Ia mengatakan, penggunaan langgam Jawa tidak masalah sepanjang bacaan itu tidak berubah maknanya dan sesuai dengan tajwid yang telah ditentukan. Masalah ini tidak perlu dimaknai berlebihan sehingga menjadi polemik di antara umat.
Polemik mengenai pembacaan Alquran dengan langgam Jawa menjadi isu hangat sejak Peringatan Isra' Mi'raj di Istana Negara, akhir pekan kemarin. Para netizen di dunia maya pun terlibat dalam adu argumen, termasuk di akun twitter @lukmansaifuddin milik Menteri Agama.
"Kita sebagai orang yang menjadi pimpinan umat atau ormas harus juga menyikapi dengan arif, jangan terjebak pada polemik yang menguras energi. Masih banyak persoalan keumatan yang harus kita tuntaskan," kata Anhar menjelaskan.