REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Meski baru saja memasuki musim kemarau, namun tanda -tanda bencana musiman kekeringan mulai terasa didaerah paling pinggir pantai Selatan, Kabupaten Wonogiri, Jateng.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri melaporkan meski musim kemarau baru mulai berjalan, namun ketersedian air bersih mulai menipis. Malah, salah satu telaga yang ada di Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro, mulai menyusut.
Dari hasil pantauan BPBD Kabupaten Wonogiri, akhir pekan kemarin, ketersedian air bersih warga Gambirmanis diperkirakan mencukupi hingga 30 sampai 45 hari ke depan. ''Kita perlu melakukan antisipasi sejak ini,'' kata Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto.
Menurutnya, selama ini masyarakat sudah terbiasa menggunakan air hujan untuk keperluan sehari hari. Seperti biasa, air hujan itu ditampung di bak bak penampungan dibikin seperti kolam di sekitar rumah. Bak penampung air dimiliki setiap warga, baik yang dibangun pemerintah, donatur, dan sebagian milik pribadi.
''Sumber air bersih di wilayah desa setempat tidak ada. Hanya ada telaga yang menampung air. Sekarang, persediaan air telaga sudah mulai menyusut kapasitas dan volume,'' ujarnya.
Untuk mengantisipasi bencana kekeringan, BPBD telah melakukan berbagai upaya. Seperti, melakukan koordinasi dengan camat dan kepala desa. Khususnya, daerah rawan kekeringan.
BPBD juga menerjunkan anggota melakukan pengecekan bak-bak penampungan air hingga memantau telaga yang ada. Ia berharap warga untuk segera melaporkan kebutuhan air, serta memetakan wilayah terdampak guna penanganan lebih lanjut.
Seperti diketahui, wilayah Kabupaten Wonogiri yang setiap tahun mengalami dilanda bencana kekeringan telah dipetakan. Dari 25 wilayah kecamatan di Wonogiri, terdapat sekitar tujuh kecamatan yang mengalami kendala air bersih.