REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pakar komunikasi Politik Lely Arrianie Napitupulu mengatakan, langkah terbaik untuk menyelesaikan perseteruan di tubuh Partai Golkar adalah islah. Meski, islah yang dilakukan oleh kubu Aburizal Bakrie (Ical) dan kubu Agung Laksono bersifat sementara, itu juga kurang baik.
“Mereka harus menyadari dulu bahwa islah itu bukan hanya sebuah manipulasi politik. Jangan sampai dalam islah itu ada kepura-puraan atau pun kamuflase hanya agar bisa ikut Pilkada saja,” kata Lely kepada Republika, Selasa (26/5).
Perempuan yang juga menjabat Ketua Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Bengkulu itu memaparkan, Munaslub yang diusulkan Akbar Tanjung merupakan langkah terakhir yang bisa diambil partai berlambang pohon beringin tersebut. Menurutnya, selama jalan tengah (islah) masih bisa dilakukan, alangkah lebih baiknya kedua kubu mengambil jalan tengah tersebut.
“Jalan tengah itu kan bisa membangun model komunikasi politik yang bisa mengetengahkan musyawarah dan mufakat bagi internal partai itu sendiri dan bisa dijadikan contoh bagi partai lain yang mengalami masalah yang sama,” tambah dia.
Sebelumnya, Jusuf Kalla mengambil langkah memediasi kedua kubu dari partainya agar bisa mengikuti pilkada yang akan digelar Desember mendatang. JK menawarkan empat poin yang nantinya akan dirundingkan masing-masing kubu.
Mantan Ketua Umum Golkar itu tengah mengupayakan Golkar islah agar bisa ikut pilkada serentak. Namun, sesepuh Golkar lainnya, Akbar Tandjung punya gagasan berbeda. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar periode 2009-2014 itu ngotot menawarkan wacana pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa.