REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ribuan warga Bali dari berbagai elemen dan kabupaten, menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana reklamasi Teluk Benoa, pada Kamis (28/5). Warga menilai, alasan pengurukan teluk dengan dalih penyelamatan adalah pembohongan.
"Kami sudah tahu dibohongi, jadi jangan dibohongi lagi," teriak para pengunjuk rasa.
Aksi demo dilakukan di bagian timur lapangan Renon Depasar, dimulai seitar 14.00 wita. Pengunjuk rasa kemudian bergerak ke arah selatan dan melakukan orasi di jalan raya Puputan Renon, tepatnya di sebelah selatan Monumen Bajra Sandi.
Diantara yel yang mereka teriakkan adalah tuntutan dibatalkannya Perpres Nomor 51 tahun 2014. Perpres dibuat semasa kepemimpinan Presiden Yudhoyono dan masyarakat Bali menaruh harapan terpilihnya Jokowi sebagai Presiden, bisa mencabut perpres itu.
"Kami meminta kepada pemerintah, tentunya kepada Presiden Jokowi untuk membatalkan reklamasi dan mecabut Perpres Nomor 51 Tahun 2014," kata salah seorang pengunjukrasa asal Gianyar, Putu Sumiada.
Dalam aksinya, para pengunjukrasa membawa poster berbagai ukuran yang isinya menolak rencana rekalamasi. Mereka juga membuat patung bertopeng wajah Jokowi, yang menenteng dua poster tuntutan pembatalan reklamasi.
Poster di tanganan kanan "Jokowi " berisi tulisan "Jangan urug Teluk Benoa, saya mau cabut Perpres nomor 51 Tahun 2014". Sedangkan poster di tangan koro Jokowi berisi tulisan "Siap menerima aspirasi masyarakat Bali".
Pengunjuk rasa lainnya, Subagiarta meminta pemerintah tidak menjadikan Teluk Benoa sebagai komoditas politik. Menurut dia, muara sungai adalah salah satu tempat yang disakralkan oleh ummat Hindu, sehingga harus dihormati.
"Jangan cederai persaan masyarakat Bali," katanya.