REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Upaya pengendalian tembakau terus digalakan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Tersisa tujuh negara termasuk Indonesia yang belum menandatangani kesepakatan pengendalian tembakau. Pada Ahad, 31 Mei 2015 bertepatan dengan hari tanpa tembakau sedunia. Puluhan Mahasiswi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi (Unsil) menggelar kampanye berhenti merokok di Jalan KHZ Mustofa Kota Tasikmalaya.
Koordinator kampanye pengendalaian tembakau sedunia, Kemala Utami Pratiwi mengatakan, kampanye tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya rokok. Selain itu, pengendalian tembakau sedunia juga bertujuan untuk mengurangi perokok di Indonesia. Sebab merokok awal dari jalan menuju lost generation.
"Data terbaru menunjukan perokok kelompok usia lima sampai sembilan tahun meningkat empat kali lipat," ujar Kemala kepada Republika, Ahad (31/5).
Kemala menegaskan, perokok pemula pada usia tersebut sangat mengkhawatirkan. Semakin meningkatnya konsumsi rokok dan semakin mudanya usia perokok membuktikan minimnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Kemala menjelaskan, tujuan utama dari pengendalian tembakau sedunia untuk melindungi generasi. Generasi sekarang dan mendatang harus dilindungi dari bahaya rokok. Sebab rokok dapat menimbulkan kerusakan pada kesehatan, ranah sosial, lingkungan dan ekonomi.
Menurutnya, merokok merupakan awal dari perilaku melawan hukum, sebab perokok juga merusak kesehatan orang disekitarnya. Merokok juga akan membawa remaja pada perilaku kecanduan. Kemudian yang dikhawatrikan, merokok dan minuman beralkohol nerupakan batu loncatan pada penggunaan narkoba.
Berdasarkan penelitian, zat nikotin yang ditemukan di dalam rokok sama adiktifnya dengan narkoba jenis heroin atau kokain. Kecanduan tembakau sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif dan pasif. Rokok juga dapat nimbulkan berbagai penyakit berbahaya.