Sabtu 06 Jun 2015 13:37 WIB

Mantan KSAU Marah Minta TNI AU Dibubarkan!

Mantan KSAU Marsekal (Purn) Chappy Hakim.
Foto: @Chappyhakim
Mantan KSAU Marsekal (Purn) Chappy Hakim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal (Purn) Chappy Hakim bersuara keras melalui akun Twitter, @Chappyhakim. Dia merasa geram melihat TNI AU seperti dianaktirikan penguasa negeri ini.

Dia mencontohkan, prajurit Pasukan Khas AU malah diganti Marinir yang notabene satuan TNI AL untuk menjaga Bandara Cengkareng atau Soekarno-Hatta. Pun dengan Bandara Halim Perdanakusuma sebagai salah satu aspek pertahanan udara RI malah dikembangkan menjadi bandara komersial.

Dia juga menyoroti, panglima TNi sepeninggal Jenderal Moeldoko, sepertinya belum tentu diserahkan ke KSAU Marsekal Agus Supriyatna. Padahal, selama ini, panglima TNI dari matra AU baru sekali, yaitu dijabat Marsekal Djoko Suyanto. Adapun, TNI AL dua kali, yaitu Laksamana Widodo AS dan Agus Suhartono. Sementara, TNI AD sejak Orde Baru mendapat kesempatan sembilan kali menjadi panglima TNI.

"Paskhasau di Cgk diganti Marinir, HLM utk pnbgn komersial, PangTNI blm tntu dari AU....bubarin aja AU!" kata Chappy.

Dia benar-benar tidak habis pikir, mengapa TNI AU harus selalu dipaksa untuk diabaikan keberadaannya. Melihat realita itu, ia menyarankan agar TNI AU lebih baik ditiadakan saja.

"Puluhan tahun keberadaan AU tdk dihargai samasekali di negeri ini. Mungkin mmg lbh baik dibubarkan saja dp tjdi degradasi moral anggt.nya," kata mantan gubernur Akademi Angkatan Udara pada 1997 itu.

Chappy melanjutkan, "Paskhasau di Airport CGK diganti Marinir. HLM utk pnbgn komersial. PangTNI blm tnt AU. Negeri ini mmg tdk butuh AngkatanUdara. Bubar saja."

Rupanya tuit kegeramannya itu mendapat respon dari temannya yang berstatus sebagai pakar kuliner dan caleg Partai Gerindra, Bondan Winarno. Bondan merasa bisa memahami kemarahan rekannya tersebut.

"@chappyhakim I can relate with you, Marshall. I feel your anger. Swa Bhuwana Pakca," kata Bondan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement