Jumat 12 Jun 2015 14:14 WIB
Angeline Tewas

Kekerasan pada Anak Akibat Ortu Kurang Peka

Sejumlah relawan menyebarkan pengumuman anak hilang di ruas Jalan Sedap Malam, Kota Denpasar, Bali, Rabu (3/6). Angeline akhirnya ditemukan Rabu (10/6) dalam kondisi tewas.
Foto: Antara
Sejumlah relawan menyebarkan pengumuman anak hilang di ruas Jalan Sedap Malam, Kota Denpasar, Bali, Rabu (3/6). Angeline akhirnya ditemukan Rabu (10/6) dalam kondisi tewas.

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK -- Belajar dari kasus Angeline, peran orang tua penting untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak.

"Orang tua harus mengumpulkan informasi yang cukup dari berbagai sumber mengenai orang tua adopsi anaknya," kata psikolog dari Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta, Jumat (12/6).

Kekerasan seksual hingga menyebabkan hilangnya nyawa anak-anak seperti Angeline, menurutnya, disebabkan beberapa faktor. Salah satunya, ketidakberdayaan keluarga dalam melindungi anak tersebut. Kurangnya pengawasan terhadap anak serta tidak adanya perhatian atas apa yang dirasakan anak serta kurang pekanya perubahan yang terjadi pada anak.

"Pada banyak kasus, kekerasan seksual terhadap anak dilakukan oleh orang yang cukup dekat," kata Shinta.

Sayangnya, dalam kasus yang menimpa Angeline peran orangtua kurang terlihat dalam melindungi anak itu. Indikasi itu bisa diketahui dari beredarnya informasi bahwa dalam rumah itu ada pria dewasa tapi perhatian orangtua kepada anak tampak kurang bagus. Kemudian, adanya laporan bahwa anak itu sering terlihat lusuh dan lebam ketika datang ke sekolah.

"Dan sampai saat ini pun belum diketahui seberapa sering anak itu pernah mengalami kekerasan seksual. Kalau dari pengakuan (pelaku) hal itu dilakukan hanya sebelum korban meninggal. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi sebelumnya juga," tegasnya.

Pada anak usia di bawah umur, kata Shinta, peran orang tua sangatlah penting dan menjadi bagian terpenting. Terutama dalam hal melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan.

"Orangtualah yang bertanggungjawab meminimalisir kemungkinan anak menjadi korban kekerasan dalam bentuk apapun," tegas Shinta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement