REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga tahun sudah kasus sengketa tanah antara pihak yayasan Masjid Al Futuwwah dengan pengembang bergulir. Akibatnya, warga sekitar masjid kesulitan mengakses masjid.
Sulitnya akses ke masjid disebabkan tembok beton yang berdiri kokoh disekeliling masjid. Warga yang hendak menuju masjid terpaksa harus memanjat tembok beton. Tak hanya memanjat tembok yang menjulang setinggi dua meter, kadang anak-anak kecil nekat memanjat tembok yang ujungnya diberi pecahan kaca.
Jajaran tembok ini bermula ketika seorang pengembang membeli tanah warga di daerah Jalan H Tholib, RT 02 RW 10, Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tanah warga seluas 2000 meter tersebut berhasil dibeli oleh Ichsan Thalib direktur PT. FIM Jasa Ekatama.
Karena tanah yang berada di tengah, dan akses jalan terhalang oleh tanah milik Muhammad Sanwani Naim. Tanah tersebutlah yang saat ini tempat berdiri menara masjid Al Futuwwah. Ichsan Thalib sempat bernegoisasi untuk membeli tanah ini.
Sayangnya, niat tersebut tak bersambut oleh Sanwani sebab, memang dirinya enggan menjual tanah hasil jerih payah ayahnya. Sanwani hendak mendirikan masjid yang kokoh ditengah lingkungan Cipete ini.
"Karena gayung tak bersambut, mereka akhirnya membuat tembok beton disekeliling tanah mereka. Otomatis, akses ke masjid tertutup," ujar Sanwani saat ditemui Republika di Masjid Al Futuwwah, Rabu (17/6).
Kasus yang sudah bergulir sejak awal 2013 ini sudah beberapa kali dimediasi oleh pihak pemerintah kota Jakarta Selatan. Sayangnya, semua serba mentok pada lobi-lobi pengembang. Sanwani mengatakan, mulanya pihak Kecamatan Cipete sudah sepakat untuk berbicara dengan pengembang untuk membukakan akses jalan menuju masjid disebelah barat masjid.
Tapi rencana tersebut kemudian gagal, hanya seminggu saja pintu tersebut terbuka kemudian langsung dibentengi beton kembali. Sanwani mencoba untuk mendesak pemerintah kota untuk bertindak. Walikota Jakarta Selatan berjanji hendak turun tangan dalam kasus ini.
Wali Kota berjanji akan melakukan lobi dengan pengembang terkait akses jalan. Akhirnya jalan tersebut terbuka dari arah Kemang, depan persis Jl. H. Tholib. Namun, karena akses jalan yang jauh dari rumah warga. Tak jarang, warga nekat untuk membongkar tembok beton dan memutuskan untuk bersama sama membuat tumpukan tanah untuk jalan akses masuk masjid.
Anak-anak kecil pun tak surut niatnya untuk mengaji. Sebab, saban Subuh dan Magrib suasana riuh anak kecil melantunkan ayat Quran nyaring terdengar dari Masjid Al Futuwwah. Mereka perlu memanjat tembok setinggi dua meter tersebut untuk bisa mengaji bersama di Masjid.
"Harapan kami hanya satu. Berikan akses jalan untuk bisa jamaah ke masjid. Jalan tersebut milik umum, kembalikan jalan milik umat," ujar Sanwani.