Senin 22 Jun 2015 10:13 WIB

Kekerasan Seksual Dominasi Kekerasan Terhadap Anak

Aksi 1.000 lilin untuk bocah perempuan, Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Aksi 1.000 lilin untuk bocah perempuan, Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan kajian Indonesia Indicator (I2) dari 343 media online di seluruh Indonesia, baik nasional maupun lokal pada periode 1 Januari 2012 hingga 19 Juni 2015, jumlah pemberitaan tentang kekerasan terhadap anak yang menghiasi media massa setiap tahunnya terus melonjak.

Kekerasan seksual tercatat sebagai kasus yang paling kerap muncul di pemberitaan media. Sedangkan, faktor utama penyebab kekerasan terhadap anak di Indonesia berasal dari faktor eksternal atau sosial, terutama kemiskinan.

"Tahun ini, peristiwa kekerasan pada anak berpuncak pada kasus Angelina (Engeline) di Bali yang mencapai 1.387 berita dalam sebulan terakhir, atau sekitar 26% dari total pemberitaan tahun 2015," ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang dalam siaran persnya memaparkan hasil kajian media yang bertajuk Anak-Anak dalam “Laut Hitam” Kekerasan, Senin (22/6). I2 adalah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence).

 

Rustika memaparkan, pemberitaan kekerasan terhadap anak cenderung melonjak tajam dari tahun ke tahun.  Pada 2012, kata dia, jumlah pemberitaan kekerasan terhadap anak hanya 1.084. Namun, pada 2013 melonjak hingga 2.329 pemberitaan. Yang memprihatinkan, kata dia, pada 2014  pemberitaan kekerasan terhadap anak meroket hingga 7.456.

Dalam akumulasi pemberitaan media dari tahun 2012-2015 terkait kekerasan anak, papar Rustika, bentuk kekerasan yang paling kerap muncul di pemberitaan media adalah kekerasan seksual. Tahun ini, ekspose mengenai pemberitaan kekerasan seksual pada anak mencapai 1.533.

Menurut dia, yang paling mengejutkan terjadi pada 2014, ekspose kekerasan seksual terhadap anak mencapai 3.893. "Saat itu terjadi peristiwa pelecehan seksual pada anak di Jakarta International School (JIS) yang langsung memikat media hingga 1.194 berita," papar Rustika. Indonesia Indicator juga mencatat, pada 2012 dan 2013  pemberitaan kekerasan seksual terhadap anak paling dominan menghiasi media di Tanah Air.

Sedangkan tahun ini, hingga 19 Juni jumlah pemberitaan kekerasan terhadap anak sudah mencapai 5.266.  Kasus Angeline – atau kadang ditulis Engelina,  berkontribusi besar pada peningkatan ekspos kekerasan pada anak di Indonesia. Kasus kematian Engeline pun menarik perhatian media dari luar negeri, setidaknya di beberapa negara terdekat seperti Australia  dan Thailand. 

Meski demikian, kata dia, kasus Angeline ini hanyalah fenomena puncak gunung es yang menyeruak ke permukaan di laut hitam.  Faktanya masih banyak bocah yang kurang lebih bernasib sama dengan Angeline, baik yang terungkap di publik (media) maupun yang belum terungkap di media. Jika dikalkulasi dalam periode 2012- 2015, ekspos mencapai 16.135 berita, berarti kasus Angeline menempati porsi 10%  dari “Lautan Hitam” pemberitaan kasus kekerasan pada anak  dalam empat tahun terakhir.

“Kendati demikian, Kasus Angeline ini menjadi alarm -- untuk ke sekian ribu kalinya --  bahwa di negeri ini kehidupan anak-anak masih belum sepenuhnya terlindungi, masih jauh dari rasa aman,”  papar Rustika.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement