Selasa 23 Jun 2015 13:51 WIB

Larang Muslim Berhijab akan Tingkatkan Ketegangan di Myanmar

Rep: C08/ Red: Ilham
Ratusan biksu berkumpul mendesak Raja Kamboja menunda sidang pertama Parlemen hingga sengketa pemilu mendapat solusi.
Foto: AP
Ratusan biksu berkumpul mendesak Raja Kamboja menunda sidang pertama Parlemen hingga sengketa pemilu mendapat solusi.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDA -- Meski tengah dalam bulan suci Ramadhan, ketegangan antar agama di Myanmar justru belum mereda. Ketegangan semakin memanas karena biksu Budha di negara tersebut menyerukan agar umat Islam di Myanmar tidak mengenakan jilbab di sekolah-sekolah dan tempat umum lainnya.

Selain melarang mengenakan jilbab, biksu Budha Myanmar juga mengimbau pemerintahan mereka untuk melarang umat Islam membantai hewan ternak seperti sapi saat idul kurban. "Kami akan menuntut serius bagi pemerintah untuk melarang siswa Muslim mengenakan burqa di sekolah-sekolah pemerintah dan untuk melarang pembunuhan hewan yang tak berdosa di pada Idul Adha," kata biksu Ma Ba Tha U Pamaukkha dikutip dari Onislam.net, Selasa (23/6).

Tuntutan kepada pemerintah itu dibacakan oleh biksu Pamaukkha usai melaksankan konferensi di Myanmar yang melibatkan sekitar 1.300 biarawan pada Senin (22/6).

Sebagai agama mayoritas di Myanmar, para biksu menuntut agar Islam di Myanmar mematuhi hukum yang berlaku di negara mereka. Pamaukkha mengatakan, tuntutan ini mereka utarakan bukan untuk bermaksud menyerang agama Islam. Namun, untuk menegakkan nilai-nilai Budha yang dianut oleh warga mayoritas.

"Ketika mereka (Muslim) tinggal di Myanmar, mereka harus mematuhi hukum dan peraturan negara. Kami tidak menargetkan atau menyerang agama mereka," ujar Pamaukkha.

Seperti diketahui, ketegangan antara Budha dan Islam di Myanmar telah memburuk semenjak banyaknya insiden kekerasan yang dilakukan pihak Budha terhadap kalangabn Muslim terutama terhadap Muslim Rohingya. Yang menyebabkan Muslim Rohingya banyak melakukan eksodus untuk mencari perlingsungan ke nagara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement