REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Schmidt Ocean Institute, Earth Observatory of Singapore di Nanyang Technologival University (NTU), dan France's Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP) melakukan ekspedisi penelitian gempa yaitu Mentawai Gap-Tsunami Earthquake Risk Assesment (Mega-Tera).
Tujuan penelitian ini untuk menilai risiko tsunami yang disebabkan gempa bumi dan prediksi yang lebih baik.
Direktur Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Garyadi Permana mengatakan, proyek penelitian yang diadakan selama sebulan ini bertujuan menilai risiko tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di sisi barat Sumatra dan Pulau Mentawai. Caranya dengan memetakan dasar laut dimana lempeng tektonik yang berbahaya akan bertemu.
“Proyek Mega-Tera yang berteknologi tinggi ini akan menargetkan zona tumbukan di wilayah Sumatra-Andaman yang sejajar dengan sisi barat Sumatra dan Pulau Mentawai. Lokasi ini merupakan wilayah yang paling aktif secara seismik,” katanya saat konferensi pers proyek Mega-Tera, di Jakarta, Kamis (25/6).
Dalam dekade terakhir, lokasi ini mengalami beberapa gempa bumi besar yang menyebabkan tsunami dengan ratusan ribu korban jiwa. Termasuk tsunami yang terjadi pada 24 Desember 2004 yang merenggut nyawa 230 ribu orang. Penelitian ini, kata dia, bertujuan untuk membantu mengurangi potensi bencana dengan memungkinkan prediksi yang lebih baik dan penilaian risiko.
“Dengan pengetahuan yang lebih baik mengenai sifat-sifat tektonik, kita dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk mengurangi risiko gempa bumi besar. Kita tidak ingin bencana yang sangat dahsyat terjadi lagi di Padang atau di kota lain yang berisiko tinggi,” ujarnya.
Sebab, tidak ada satupun yang dapay memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi di wilayah ini. Namun ketika benar-benar terjadi, peneliti dapat memetakan lokasi dan mengidentifikasi kunci perubahan. Ekspedisi internasional akan menghasilkan masukan-masukan penting untuk studi gempa bumi dalam laut dan kemampuannya untuk menyebabkan tsunami.
Dia menambahkan, semua informasi dan data yang diperoleh dari ekspedisi ini, termasuk peta dasar laut beresolusi tinggi akan dibegikan ke publik dengan ilmuwan lain dan organisasi penelitian. Terlebih lagi, hasil ekspedisi ini akan menciptakan gambar terperinci dari zona terkunci yang dikenal dengan Zona Patahan Mentawai.