REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Pakar Pangan dan Lingkungan sekaligus Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Hasroel Thayib menyebut, upaya pengendalian harga pangan oleh pemerintah saat ini sangat boros.
Di samping itu, solusinya pun tidak permanen sehingga akan terjadi gejolak harga pangan di tahun berikutnya. Karenanya, ia menawarkan solusi diversifikasi pangan sebagai solusi nyata dan berkelanjutan.
“Selama masih bergantung pada padi, jagung, singkong, kelangkaan akan terus terjadi., apalagi yang main mafia beras, akan susah,” kata dia dihubungi pada Jumat (26/6).
Badan Urusan Logistik (Bulog), kata dia, jangan terus diarahkan berdagang beras. Bulog seharusnya diagendakan mendorong dan mendukung diversifikasi pangan. Di antaranya, membuat beras buatan dari sukun dan sagu.
Konsep beras analog, kata dia, seharusnya sudah bsia diterapkan. Sebab nyatanya, masyarakat Indonesia tidak semua makan beras dari padi. Dicontohkannya, makanan pokok di Indonesia timur adalah sagu dan umbi-umbian. Tetapi pemerintah malah “memaksa” masyarakat makan beras padi seluruhnya.
Padahal, ia tidak bisa menjamin ketersediaannya. Belum lagi dampak lingkungan dan ekonomi yang ditimbulkan dari produksi beras, yakni pembukaan lahan dan biaya irigasi, pupuk, benih serta alsintan. Itu akan sangat merugikan hutan alam dan berbiaya besar.
Upaya diversifikasi pangan pun selalu mandeg, ditambah banyak pihak yang takut rugi dan terancam bisnisnya. “Contohnya mafia beras,” kata dia.