Rabu 01 Jul 2015 19:42 WIB

Komisi I Dukung Langkah Audit Alutsista

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah anggota TNI AU mengangkat peti yang berisikan jenasah dari korban pesawat pesawat Hercules C-130 saat proses pengembalian jenazah korban di Lanud Soewondo Medan, Sumatera Utara, Rabu (1/7).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Sejumlah anggota TNI AU mengangkat peti yang berisikan jenasah dari korban pesawat pesawat Hercules C-130 saat proses pengembalian jenazah korban di Lanud Soewondo Medan, Sumatera Utara, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi I DPR RI mendukung pemerintah soal perlunya audit alat utama sistem pertahanan (alutsista). Anggota Komisi bidang Pertahanan itu, Mayjen (Purn) Supiadin Aries Saputra, audit diperlukan untuk menyusun ulang rencana stategis (renstra) militer dalam pertahanan.

Selama ini, dikatakan politikus dari Nasdem itu fokus utama pemerintah untuk meregenerasi alutsista hanya di darat. Padahal, paling vital untuk ditingkatkan adalah alutsista udara dan laut.

"Kalau diaudit itu pasti ketahuan, yang mana yang paling dibutuhkan," ujar Supiadin saat ditemui di sela-sela uji kelayakan calon Panglima TNI di Komisi I DPR RI, Jakarta, Rabu (1/7).

Dikatakan Supiadin, agar audit pertama kali dilakukan di alutsista udara. Dimulai dengan melakukan klasifikasi tingkat kelayakan armada militer milik Angkatan Udara. Dari yang layak, sampai dengan yang paling tak layak. Supiadin mengakui memang belum punya catatan lengkap soal armada udara milik AU yang masih bisa dioperasikan.

Tapi dia meyakini, kebanyakan pesawat tempur dan pesawat pengangkut milik AU, sudah waktunya pensiun. Karena itu, kata dia, hasil audit akan memberikan informasi valid tentang berapa armada yang tak layak operasi dan harus segera diganti.

"Kebanyakan pesawat pengangkut kita (AU) itu sudah tua. Sudah nggak layak lagi. Pesawat tempur kita juga banyak yang gak bisa maksimal," ujar dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan akan melakukan audit alutsista. Langkah tersebut menyusul jatuhnya pesawat pengangkut milik TNI AU, di Medan, Sumatra Utara, Selasa (30/6). Dugaan sementara tragedi itu lantaran dinilai pesawat yang sudah tak layak beroperasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement