REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- PT Angkasa Pura (AP) I Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo menyampaikan bahwa pergerakan debu berada di ketinggian 16 ribu kaki sehingga membahayakan pesawat terbang yang melintas.
"Kalau di darat sepertinya memang tidak ada apa-apa, padahal pergerakan debu di ketinggian 16 ribu kaki sangat mempengaruhi," ujar General Manager PT Angkasa Pura I Yanus Suprayogi ketika ditemui di Juanda, Kamis (16/7) malam.
Berdasarkan rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), debu akibat erupsi Gunung Raung menyebabkan Bandara Juanda dan Bandara Abdulrachman Saleh di Malang menghentikan seluruh aktivitas penerbangan hingga Jumat (17/7) pukul 06.00 WIB.
"Setelah pukul 06.00, diperkirakan ada pergerakan debu. Tapi tidak menutup kemungkinan waktu penutupan ditambah jika tak ada pergerakan debu," katanya.
Menurut dia, debu-debu yang berterbangan di udara Jawa Timur hanya bisa hilang oleh air hujan.
"Tapi cuaca sekarang sedang panas, dan sangat besar kemungkinan tidak ada hujan," ucapnya.
Terkait dana kompensasi, pihaknya mengaku tak menyediakan karena kejadian ini disebabkan karena bencana alam, bukan permasalahan teknis bandara maupun maskapai.
"Tapi kami menyediakan fasilitas bus Damri yang siap mengantar calon penumpang ke terminal, jika ingin melanjutkan perjalanan melalui darat," katanya.
Sebelumnya PT Angkasa Pura I Juanda Surabaya, Jawa Timur, menyatakan penutupan Bandara Internasional Juanda Surabaya diperpanjang hingga Jumat (17/7) pukul 06.00 WIB akibat erupsi Gunung Raung.
Akibat penutupan yang dilakukan hari ini sebanyak 222 penerbangan dari 16 maskapai baik dari Surabaya atau yang menuju ke Surabaya terpaksa dibatalkan.
Karena kejadian ini, 9.766 calon penumpang gagal berangkat dan 18.178 penumpang tidak bisa mendarat di Juanda.