REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Ribuan warga dari berbagai daerah di tanah air membanjiri Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Astana Gunung Sembung, Kabupaten Cirebon, Jumat (24/7) pagi, yang bertepatan dengan 8 Syawal 1436 H. Mereka bermaksud ikut berziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan keturunannya dalam acara Grebeg Syawal, yang diselenggarakan Keraton Kanoman Cirebon.
Di pintu Gapura di alun-alun (pintu ke-9) dan pintu Krapyak (pintu ke-8) dari kompleks makam itu, terlihat barisan Keraman (petugas jaga kompleks makam)dan para Magersari (abdi dalem Kesultanan Kanoman yang mendiami tempat tinggal di lingkungan keraton) membentuk pagar betis. Mereka mengamankan jalan yang akan dilalui Sultan Kanoman XII, Sultan Raja M Emirudin bersama kaum kerabatnya.
Saat Sultan tiba, warga pun langsung berdesak-desakkan berusaha menyentuh sultan. Dengan pengawalan ketat Keraman dan Magersari, sultan dan kaum kerabat selanjutnya melangkah menuju tujuh pintu dari total sembilan pintu yang ada di kompleks bangunan yang dibangun sejak 1479 tersebut.
Adapun tujuh pintu tersebut secara berurutan dari yang paling bawah letaknya adalah pintu Pasujudan, Ratnakomala, Jinem, Rararoga, Kaca, Bacem, dan Teratai. Ketujuh pintu tersebut hanya boleh dilewati oleh sultan dan kaum kerabatnya saja. Sesaat setelah sultan dan kerabat memasuki pintu ketujuh, rangkaian doa, dzikir, dan tahlil yang merupakan agenda utama diadakannya Grebeg Syawal, langsung bergema.
Rangkaian do'a, dzikir dan tahlil yang dilakukan sultan dan kerabatnya diawali dari dalam ruangan makam Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah yang berada di puncak bukit Astana Gunung Sembung. Di dalam ruangan itu terdapat pula makam Ratu Mas Rarasantang (Ibunda Sunan/Putri Prabu Siliwangi), Pangeran Cakrabuana (Uwa Sunan/Putra Prabu Siliwangi), Fatahillah (Menantu Sunan), Pangeran Pesarean (Putra Mahkota Sunan), Putri Ong Tien (Putri Kaisar Cina yang menjadi salah seorang istri Sunan Gunung Jati), dan sebagainya.