Ahad 02 Aug 2015 17:01 WIB

Musim Hujan Diperkirakan Baru Terjadi November

Rep: C02/ Red: Indira Rezkisari
Warga Kota Bogor menggelar Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan di Lapangan Sempur, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Jumat (24/7).  (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Warga Kota Bogor menggelar Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan di Lapangan Sempur, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Jumat (24/7). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim kemarau tahun ini diprediksi BMKG akan berdampak fatal di sektor pertanian. Kepala BMKG Andi Sakya mengatakan kandungan air tanah di beberapa wilayah di Indonesia akan berkurang. Sehingga diperlukan pasokan untuk menghindari gagal panen.

BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini di Indonesia akan lebih lama dari tahun 2014. Andi menyebutkan curah hujan dari bulan Juni hingga Juli masih sangat kecil. Beberapa wilayah di Indonesia mulai dari Jawa Barat sebelah timur hingga NTT belum diguyur hujan selama 20 hari lebih berturut-turut.

Selain itu provinsi seperti Sumatera Selatan sebelah Timur Kalimantan Timur sebelah Selatan, sebagian Sulawesi Utara dan bagian selatan Papua mengalami hal serupa.

"Wilayah-wilayah itu masuk ke zona merah. Karena sudah 20 hari lebih tanpa hujan berturut-turut," kata Andi Sakya, Ahad (2/8).  

Hal ini kata dia disebabkan dampak El Nino yang menguat hingga Agustus mendatang. Dari pengamatan BMKG di Jepang dan Australia, uap air yang harusnya ke Indonesia lari ke pasifik. Jika gejala itu masih terus berlanjut, prediksi hujan di Indonesia akan turun pada November atau Desember.

"Ada pemanasan air laut di pasifik timur dan tengah. Tepatnya di Amerika latin. Jadi uap air yang seharusnya ke Indonesia lari ke pasifik," kata Andi.

Sedangkan beberapa wilayah yang terguyur hujan beberapa hari ini. Andi memperkirakan hujan tersebut hanya bersifat lokal dan tidak terjadi di wilayah tetangga dan sekitarnya. Seperti Jakarta yang sempat diguyur hujan, kemarin Sabtu (1/8). Tapi Jawa Barat dan sekitarnya masih belum terguyur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement