REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Ribuan hektare sawah di dua daerah lumbung padi nasional, yakni Kabupaten Indramayu dan Cirebon, mengalami puso (gagal panen). Tak hanya itu, ancaman puso pun terancam meluas seiring minimnya debit air di saluran irigasi dan ketiadaan hujan.
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Takmid menyebutkan, per 31 Juli 2015, lahan yang mengalami puso mencapai 4.278 hektare. Selain puso, adapula lahan yang mengalami kekeringan berat seluas 2.247 hektare, kekeringan sedang 5.675 hektare, kekeringan ringan 5.955 hektare dan terancam kekeringan 15.273 hektare.
"Kondisi itu terutama terjadi di daerah-daerah yang berada paling ujung dari saluran irigasi," ujar Takmid, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (3/8).
Adapun daerah-daerah itu, di antaranya Kecamatan Kandanghaur, Losarang, Gantar, Haurgeulis, Cikedung, Terisi, Gabuswetan, Lohbener, Arahan, Cantigi, Krangkeng, Karangampel, Juntinyuat, Balongan, Jatibarang, Indramayu, Pasekan dan Sindang.
Ketika disinggung mengenai kemungkinan lahan yang kekeringan dan terancam kekeringan untuk mengalami puso, Takmid tak bisa memprediksinya. "Bergantung cuaca (ada/tidaknya hujan)," kata Takmid.
Takmid mengatakan, untuk mencegah puso, pihaknya sudah berupaya melakukan langkah antisipasi. Selain memberlakukan jadwal gilir giring dan pengawalan distribusi air, pihaknya juga melakukan pompanisasi dan normalisasi saluran-saluran air.
Sekretaris Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Muhidin, menyebutkan, per 28 Juli 2015, menyebutkan, sebanyak 3.000 hektare tanaman padi mengalami kekeringan parah, 3.000 hektare mengalami kekeringan sedang dan 2.000 hektare mengalami kekeringan tingkat ringan.