REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengecam keras negara tetangganya, Pakistan pada Senin (10/8) terkait gelombang serangan bom di Kabul baru-baru ini yang menewaskan setidaknya 56 orang.
"Beberapa hari belakangan menunjukkan Pakistan menjadi tuan rumah bagi sarang pelatihan bom bunuh diri dan juga tempat perakitan bom yang menewaskan warga kami. Kami berharap perdamaian namun malah menerima pesan perang dari Pakistan," kata Ghani dalam jumpa pers.
Pakistan sering mendukung gerakan Taliban dan sebagian warga Afghanistan menuding negara tersebut membiarkan Taliban berkembang di buminya. Hal tersebut dilakukan agar Pakistan tetap berpengaruh terhadap Afghanistan.
Sejak berkuasa pada akhir tahun lalu, Ghani terus mencoba mempengaruhi Pakistan agar negara tersebut mau bekerja sama dalam upaya perdamaian dengan Taliban. Tanggapan terkini Ghani pada Senin adalah pernyataan keras pertama terhadap Pakistan.
"Dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Pakistan (Nawaz Sharif), saya menyatakan Pakistan harus melihat terorisme di Afghanistan sama seperti kami menilai terorisme di negara tersebut. Saya meminta pemerintah Pakistan untuk membayangkan apa yang akan mereka lakukan jika pembunuhan massal yang terjadi di Shah Shaheed terjadi di Islamabad dan jika sang pelaku sebelumnya pernah tinggal di Afghanistan," kata dia.
Shah Shaheed adalah sebuah kawasan pemukiman di Kabul yang baru-baru ini menderita serangan bom besar pada Jumat lalu.
Pada Senin, setidaknya lima orang tewas saat sebuah bom mobil bunuh diri meledak di dekat pintu masuk bandar udara internasional Kabul.
Sebelumnya, ibu kota Afghanistan juga menerima sejumlah serangan bom serupa pada Jumat yang menewaskan 51 orang. Bom tersebut meledak di beberapa tempat seperti di dekat kompleks militer, akademi kepolisian, dan juga pangkalan pasukan khusus Amerika Serikat.