REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala polisi Thailand Somyot Pumpunmuang menyatakan dua bom yang mengguncang Bangkok dalam dua hari berbeda --pertama di Kuil Erawan dan kedua di dermaga Sathorn-- adalah hasil kerja kelompok sama yang sebagian anggotanya adalah orang asing dari luar negara Thailand.
Bom pertama menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya, sedangkan bom kedua yang ternyata gagal menyasar kerumunan sebagaimana diinginkan pengebomnya, tidak melukai siapa pun.
Namun Jenderal Polisi Somyot Pumpunmuang menyatakan TNT telah digunakan pada kedua pemboman itu dan dikemas dalam pipa bisa yang dilengkapi dengan pengatur waktu.
Somyot menyatakan dua pemboman itu tak mungkin dilakukan oleh satu orang, sebaliknya beberapa warga berkebangsaan asing terlibat dalam serang teror itu.
"Saya bisa katakan pada Anda sekarang bahwa tidak hanya orang-orang asing yang terlibat dalam insiden ini namun beberapa orang Thai pasti ambil bagian. Orang asing tak bisa mencapai jembatan Thaksin (di dermaga Sathorn, tanpa bantuan orang dalam). Pasti ada orang Thai yang merasa diri bukan orang Thai yang terlibat," kata dia seperti dikutip Bangkok Post dalam lamannya.
Bom yang diledakkan di dermaga Sathorn diperkirakan menciptakan efek ledekan sampai sejauh 35-50 meter atau kurang dari setengah efek ledakan yang terjadi di kuil Hindu Erawan di persimpangan Ratchprasong sehari sebelumnya.
Somyot mengakui bahwa polisi sempat menahan seorang pria asing di bandara Suvarnabhumi karena dia mirip dengan rekaman video CCTV mengenai tersangka utama pemboman di kuil itu.
Para petugas imigrasi awalnya menahan pria itu karena bermasalah dengan dokumen perjalanannya, lalu membebaskannya agar segera menyelesaikan dokumennya itu. Pria ini tidak diperbolehkan meninggalkan Thailand untuk waktu yang belum ditentukan.
Polisi tidak mengungkapkan bahwa apakah pria di bandara itu sama dengan pria yang terekam di CCTV kuil Erawan. Yang jelas mereka kini sedang menyelidikinya, demikian Bangkok Post.