Kamis 20 Aug 2015 16:31 WIB

Aher: Pedagang Ayam Please Jangan Mogok

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bayu Hermawan
Aher, gubernur dengan seabreg prestasi.
Foto: dok Humas Pemprov Jabar
Aher, gubernur dengan seabreg prestasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aksi mogok jualan pedagang daging ayam di Bandung Raya dilakukan serentak hari ini, Kamis (20/8). Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meminta pedagang untuk menghentikan aksi mogok tersebut.

Rencananya, aksi mogok jualan daging ayam akan dilangsungkan hingga Ahad, (23/8). Penyebabnya, ketersediaan daging ayam di pemasok sangat langka. Harganya pun sangat mahal.

"Harapannya tidak harus mogok. Please jangan mogok (pedagang ayam)," ujar pria yang akrab disapa Aher itu di Bandung, Kamis (20/8).

Aher mengaku sudah menelusuri penyebab pedagang ayam tidak berjualan massal sebagai aksi protes. Menurutnya, pasokan DOC dari para bandar memang diperkecil. Alasannya ada kekhawatiran permintaan yang turun. Dampak dari pengurangan itu sekarang terasa.

"Khawatir konsumsi turun, sehingga turunkan produksi DOC," katanya.

Untuk solusi jangka pendek, kata Aher, Ia akan mengkoordinasikan dengan pihak Bulog Divre Jabar. Sebab ketersediaan ayam juga masih belum bisa dipastikan.

"Kami kordinasi dulu ya (operasi pasar). Kalau ga ada persediaan gimana?" katanya.

Aher mengaku setuju OP kalau ada barang. Tapi kalau di Bulog ada barang impor. "Kalau ayam ga adakan impor. Kalau sapi ada. Kitakan swasmbada ayam. 50 persen aja dari kita. Pokonya kalau ada barangnya kita OP," katanya.

Ketua Bidang Perunggasan Pesat Jawa Barat Yoyo Sutarya mengatakan, akan ada 5.000 pedagang daging ayam di Bandung Raya melakukan aksi mogok massal tersebut.

"Aksi mogok dilakukan siang. Sedangkan ada yang masih jualan pagi tadi itu karena menghabiskan stok yang ada," katanya.

Yoyo meminta, pemerintah tidak menggelar operasi pasar (OP) untuk menyediakan daging ayam selama para pedagang daging ayam mogok berjualan. Jika pemerintah melakukan OP artinya, tidak ada dukungan untuk menekan harga kembali normal.

"Kami menolak dan meminta pemerintah tidak menggelar operasi pasar," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement