Selasa 25 Aug 2015 22:35 WIB

Industri Makanan Masih Terkendala Banyak Persoalan

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Makanan
Foto: Panca/Republika
Makanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor industri makanan dan minuman terus tumbuh. Pada semester I 2015 pertumbuhannya mencapai sebesar 8,46 persen. Meski begitu, masih ada banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri makanan dan minuman yang perlu diselesaikan.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan permasalahan tersebut meliputi adanya kekurangan bahan baku dan bahan penolong, infrastruktur yang terbatas, kurangnya pasokan listrik dan gas, dan suku bunga yang tinggi untuk investasi.

Melemahnya nilai tukar rupiah juga akan mempengaruhi biaya produksi industri. Untuk itu, kata Saleh, pemerintah pusat dan daerah terus mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha penyediaan bahan baku dari lokal, penyediaan bunga bank yang bersaing, penyediaan insentif perpajakan untuk investasi, perbaikan infrastruktur, penyediaan listrik dan gas dan kebijakan lainnya yang dapat mempercepat pengembangan sektor industri.

"Untuk menekan impor bahan baku, pemerintah terus mendorong perusahaan menggunakan bahan impor," ucapnya saat meresmikan pabrik kecap dan bumbu PT Unilever Indonesia Tbk di Bekasi, Selasa (25/8).  Di sisi lain pemerintah juga mendorong konsumen mengonsumsi produk lokal agar industri kita kuat.

Dia menyebut pertumbuhan industri makanan dan minuman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri non migas, yang sebesar 5,27 persen pada periode yang sama.

Ekspor produk makanan minuman indonesia pada Mei 2015 mencapai 2.263,1 juta dolar AS pada Mei 2015, naik 4,05 persen bila dibandingkan Mei 2014 yang sebesar 2.175,0 juta dolar AS. Saleh menyebut kontribusi industri makanan dan minuman berkontribusi terhadap PDB pengolahan nonmigas sebesar 32,20 persen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement