REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat berada di bawah tekanan untuk membantu Eropa memberi tempat perlindungan bagi pengungsi perang dan kekacauan. Namun AS tidak menunjukkan tanda-tanda merencanakan peningkatan dalam penanganan pengungsi.
Kepala International Rescue Committee (IRC) dan mantan Menteri Luar Negeri Inggria, David Miliband menyerukan AS untuk mengeluarkan kembali kepemimpinannya dalam menghadapi masalah ini seperti yang telah dilakukan di masa lalu.
"Amerika Serikat selalu menjadi pemimpin dalam pemukiman kembali pengungsi, tapi 1.500 orang selama empat tahun ini merupakan kontribusi sangat kecil untuk mengatasi sisi kemanusiaan dari masalah ini," kata Miliband di ABC.
Juru bicara Departeman Luar Negeri AS, John Kirby dalam sebuah wawancara dengan Reuters menegaskan tidak ada indikasi AS untuk menambah jumlah imigran ke negaranya karena masalah keamanan.
"Ada proses pemeriksaan yang signifikan di sini untuk orang-orang dari Suriah yang harus diikuti," katanya.
Otoritas AS ingin mencegah militan dari ISIS atau al-Qaeda masuk ke negaranya dengan berpura-pura sebagai pengungsi. Namun bukan berarti AS tidak berkontribusi, ia melanjutkan, pihaknya memberi empat milyar dolar AS untuk bantuan pengungsi.
Keputusan AS ini diakui salah satu pejabat AS yang enggan disebutkan namanya akan berdampak buruk mengingat, grafis pederitaan para pengungsi. AS mungkin menghadapi citra internasional karena hanya sejumlah kecil menerima pengungsi dibandingakan dengan negara-negara Eropa.
Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Melissa Fleming mengatakan, AS tidak menentukan kuota pengungsi yang akan diterimanya. Sementara UNHCR telah mengajukan hampir 16.300 pengungsi untuk bermukim di AS dan akan terus meminta AS untuk mempertimbangkannya.