REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Rendahnya kesadaran terhadap kebersihan lingkungan masih menjadi persoalan yang harus dipecahkan pemerintah daerah di wilayah eks Karsidenan Banyumas. Ratusan ribu Kepala Keluarga belum memiliki sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) sendiri.
''Hal ini menyebabkan, perilaku hidup tidak sehat berupa BAB sembarangan masih sering dilakukan masyarakat. Tidak hanya di wilayah pedesaan, tapi juga di wilayah perkotaan,'' kata Kepala Bidang Bidang Pengelolaan Air Minum, Draenase, dan Air Limbah (Pamdal), Gontho Pramuhargono, Senin (1/9).
Berdasarkan perkiraannya, masih ada sekitar 48 persen dari jumlah KK di Cilacap, atau sekitar 160 ribu KK yang masih berperilaku tidak sehat. ''Karena tidak punya MCK tersendiri, mereka melakukan BAB di sembarang tempat. Baik di pekarangan, di laut ataupun di sungai," jelasnya.
Menurutnya, Pemkab Cilacap sebenarnya sudah brupaya mengubah perilaku tidak sehat dengan membangun sarana MCK umum. Namun banyak bangunan MCK yang justru telantar dan rusak karena tidak dirawat dan digunakan. ''Seperti program bantuan MCK di Kelurahan Karangtalun Kota Cilacap, ternyata banyak bangunan MCK di wilayah ini yang tidak digunakan masyarakat,'' ujarnya.
Meski demikian, Gontho menandaskan, Pemkab Cilacap akan terus berupaya mengurangi angka BAB sembarangan. Caranya dengan melakukan penyuluhan kesehatan lingkingan oleh Dinas Kesehatan dan pendekatan kepada anak-anak usia sekolah melalui Perilaku Hidup Budaya Sehat (PHBS) dan cuci tangan pakai sabun (CTPS).
''Mengubah kebiasaan masyarakat agar tidak BAB sembarangan ini bukan pekerjaan mudah. Bahkan belum tentu setelah diberi bantuan berupa bangunan MCK masyarakat mau mengubah kebiasaannya,'' Jelasnya.
Selain penyuluhan, untuk mewujudkan Cilacap terbebas dari BAB sembarangan di tahun 2019, pemerintah berencana memberi bantuan WC perorangan dan membuat bangunan komunal di beberapa tempat. Ada sekitar 160 ribu KK yang belum punya toilet sehingga dibutuhkan dana sebesar Rp 160 miliar.
"Itu dengan asumsi pembangunan 1 toilet membutuhkan anggaran sebesar Rp 1 juta,'' katanya.