REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keberhasilan upaya pembebasan dua WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata di Papua Nugini (PNG) tidak terlepas dari komunikasi intensif yang terus dilakukan pemerintah Indonesia dan PNG. Bahkan, keberhasilan operasi pembebasan sandera dapat meningkatkan kerjasama bilateral antara dua negara bertetangga tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Pandjaitan, menjelaskan, serah terima dua WNI yang disandera di PNG sudah dilakukan di perbatasan, tepatnya di kantor Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Vanimo, Papua Nugini. Penyerahan itu dilakukan oleh pemerintah PNG lewat tentara PNG (PNG Army) kepada pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Pangdam XVII/Cendrawasih.
Kemudian, dua sandera itu diserahkan kepada Polda Papua untuk kemudian diserahterimakan kepada keluarga masing-masing. Luhut menyebut, proses pembebasan ini merupakan operasi terpadu antara pemerintah RI dan PNG.
Selama ini, pemerintah RI selalu menyiapkan segala jenis bantuan yang sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemerintah PNG. ''Kami dan pemerintah PNG melakukan komunikasi intensif dan TNI menyiapkan unsur-unsur bantuan bila diminta oleh pemerintah PNG. Karena kami punya pasukan anti teror dan kami sudah siapkan bila diperlukan,'' kata Luhut kepada wartawan di Kantor Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (18/9).
Tidak hanya itu, pihak Kepolisian, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI juga telah melakukan koordinasi terkait data-data intelijen dengan pihak aparat keamanan PNG.
Lebih lanjut, Luhut menyatakan, keberhasilan pembebasan sandera ini tidak terlepas dari kerjasama pengambilan keputusan bersama antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O'Neill. ''Kedua kepala negara mengerti semua proses pembebasan dua sandera tersebut,'' ujar Luhut.
Secara khusus, ungkap Menko Polhukam, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah PNG atas keberhasilan operasi pembebasan dua sandera tersebut.
Bahkan, Luhut menyebut, keberhasilan menjadi titik penting untuk mempererat hubungan kedua negara. ''Ini (keberhasilan pembebasan sandera) sangat penting dan mendasar untuk lebih mengeratkan lagi hubungan kita dengan PNG yang sudah terjalin dengan baik,'' ujar mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tersebut.
Tidak hanya itu, Luhut juga memberikan apresiasi khusus terhadap semua upaya yang dilakukan pemerintah PNG, terutama tentara PNG, dalam melakukan operasi pembebasan sandera tersebut. Terlebih, tidak ada korban jiwa dalam operasi tersebut, termasuk dengan kondisi dari dua sandera tersebut.
Terkait pelaku penyanderaan yang disebut-sebut memiliki kaitan dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Luhut belum mau memastikan lebih lanjut. Namun, Luhut mengakui, salah satu pelaku memang buronan Polisi dan sudah masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). ''Kalau dari kacamata kami tidak begitu (terkait langsung dengan OPM) karena itu adalah DPO dari polisi. Untuk itu makanya masalah ini melibatkan polisi,'' katanya.
Nantinya dalam upaya pemeriksaan para pelaku, Luhut menyebutkan, Indonesia akan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak pemerintah PNG untuk bisa mengorek informasi terkait motif penculikan tersebut. ''Sudah ada yang tertangkap, tapi itu (penegakan hukum) mungkin menjadi internal mereka di PNG. Kami tidak mencampuri soal-soal internal,'' tutur Luhut.