Selasa 22 Sep 2015 14:05 WIB

Antasari Azhar Gugat Undang-Undang Grasi ke MK

Rep: C20/ Red: Ilham
  Mantan ketua KPK Antasari Azhar saat mendengarkan putusan sidang Praperadilan di Pengadilan Negeri, Jakarta Selatan, Selasa (18/11).  (Republika/ Tahta Aidilla)
Mantan ketua KPK Antasari Azhar saat mendengarkan putusan sidang Praperadilan di Pengadilan Negeri, Jakarta Selatan, Selasa (18/11). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar menggugat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Grasi ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Kuasa hukum Antasari, Bo Yamin mengatakan, kliennya menggugat ketentuan pada Pasal 7 ayat 2 yang mengatur pengajuan grasi paling lama diajukan satu tahun sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap. Bo Yamin secara pribadi juga mengajukan diri sebagai pemohon. Ia menilai dengan ketentuan yang ada pada Pasal 7 ayat 2 tidak bisa memberikan pembelaan bagi Antasari.

“Saya juga mengajukan diri secara pribadi, bukan hanya mewakili Pak Antasari. Kaitannya dengan Pak Antasari itu kemarin mengajukan grasi terus saya kuasa hukumnya. Karena ada aturan UU Nomor 5 Tahun 2010, saya mengalami kerugian tidak bisa membela Pak Antasari untuk mendapatkan grasi,” kata Yamin usai sidang di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, Selasa (22/9).

Bo Yamin mengatakan, pengajuan grasi seharusnya diajukan maksimal satu tahun semenjak menerima keputusan tetap. Namun, ia mengakui khusus untuk kasus Antasari Azhar, sampai saat ini belum ada keputusan resmi. “Tapi dari statement di istana tidak berani memberikan grasi karena khawatir dituduh melanggar UU Nomor 5 Tahun 2010," ujar Bo Yamin.

Bo Yamin menambahkan, upaya yang ditempuh Antasari untuk mengajukan grasi baru dilakukan tahun 2015. "Sementara putusan tetapnya sudah sejak tahun 2009. Sehingga untuk pengajuan grasi sudah pasti menabrak pasal 7 ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 2010," ujar Bo Yamin.

Sebelumnya, Antasari divonis hukuman penjara 18 tahun karena terbukti bersalah turut serta melakukan pembunuh terhadap Nasrudin Zulkarnaen. Ia diberhentikan secara tetap dari jabatannya oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhono.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement