Selasa 13 Oct 2015 19:22 WIB

BMKG Sebut Masih Ada 300 Titik Panas di Sumatra

Red: Nur Aini
Kebakaran hutan
Foto: blogspot
Kebakaran hutan

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan, 300 titik panas yang menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan terdeteksi di Pulau Sumatra.

Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin menyatakan titik-titik panas tersebut terpantau Satelit Terra dan Aqua pada pukul 16.00 WIB, Selasa (13/10). Kondisi ini dinilai menunjukkan belum ada kemajuan berarti upaya pemadaman kebakaran setelah adanya bantuan dari sejumlah negara asing karena hotspot banyak terdapat di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel). "Jumlah hotspot di Sumsel mencapai 222 titik," kata Sugarin.

Ia mengatakan, 31 titik panas juga terdapat di Lampung, Jambi ada 22, Bengkulu 13, Bangka Belitung enam, dan Kepulauan Riau tiga titik.

"Sedangkan di Riau ada dua titik panas, yakni di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hilir," katanya.

Menurut dia, angin secara umum berembus dari tenggara hingga selatan ke utara dengan kecepatan 05-15 knots (9-27 kilometer per jam). Secara umum cuaca wilayah Provinsi Riau Berawan dan diselimuti kabut asap tipis. Peluang hujan ringan terjadi di Riau bagian barat, utara, dan tengah. Kemudian, jarak pandang di Kota Pekanbaru mencapai 1.200 meter, Kota Dumai 2.000 meter, Kabupaten Pelalawan 1.200 meter dan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu 2.000 meter.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Gubernur (Plt) Riau Arsyadjuliandi Rachman memperpanjang status darurat pencemaran udara akibat kebakaran lahan dan hutan selama seminggu ke depan pada Selasa (13/10).

Ini adalah kedua kalinya Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau memperpanjang status darurat asap sejak pertama kali ditetapkan pada 14 September 2015. Arsyadjuliandi Rahman menyatakan, perpanjangan status darurat itu karena kondisi asap masih belum sepenuhnya hilang.

"Status darurat pencemaran udara di Riau akan diberlakukan sepekan mendatang," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman ini.

Dengan perpanjangan status tersebut, ia meminta penanganan terhadap dampak asap kepada masyarakat harus terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Karena itu, pemerintah daerah tetap mempertahankan posko kesehatan yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Andi Rachman mengatakan dalam sepekan ke depan pihaknya mengevaluasi penanganan darurat asap.

"Masa perpanjangan itu juga akan digunakan untuk mengevaluasi proses penanganan bencana. Jika kondisi pulih maka kita akan segera mencabut status darurat dan menarik seluruh pasukan pemadam yang masih bertahan di sejumlah kabupaten dan kota," katanya.

Menurut dia, kebakaran lahan dan hutan di Riau dalam beberapa pekan terakhir relatif bisa dikendalikan. Hal ini ditandai dengan minimnya jumlah titik api, bahkan rata-rata di Riau mengalami nihil titik api.

Asap yang kini mencemari Riau merupakan kiriman dari kebakaran di provinsi tetangga, seperti Sumatra Selatan dan Jambi.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement