Selasa 20 Oct 2015 00:03 WIB

SD Tunas Mulia Montessori Menampik ada Kekerasan di Sekolah

Rep: c36/ Red: Esthi Maharani
Bullying (ilustrasi)
Foto: neighborhoodlink.com
Bullying (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pihak SD Tunas Mulia Montessori menampik adanya dugaan kekerasan yang terjadi di sekolah. Sekolah pun menyatakan sudah memberikan pembinaan kepada siswa M yang diduga melakukan kekerasan.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah SD Tunas Mulia Montessori, Junita Manurung dalam jumpa pers di Serpong, Senin (19/10). Menurut Junia, pihaknya telah bertindak cepat menangani dugaan kekerasan setelah pihak orangtua korban ASP melapor ke sekolah pada 18 September.

"Berdasarkan laporan, kejadian diduga terjadi pada 11 September. Setelah kami klarifikasi, pada tanggal tersebut M tidak masuk sekolah. Terbukti berdasarkan keterangan buku absen dan buku penghubung," jelas Junita.

Bukti kedua, lanjut dia, berdasarkan rekaman kamera cctv pada hari tersebut serta keterangan wali kelas, diketahui tidak ada kekerasan yang terjadi baik di ruang kelas maupun saat persiapan latihan tae kwon do.

Selain melakukan penelusuran, pihak sekolah juga meminta keluarga M dan keluarga ASP untuk bertemu. Kunjungan ke Rumah Sakit St Carolus Gading Serpong, juga telah dilakukan pihak sekolah.

"Permintaan mediasi tidak dihadiri oleh orangtua ASP. Saat dijenguk, kedatangan kami ditolak," tutur Junita.

Dari rangkaian penelusuran tersebut,  pihaknya menyimpulkan bahwa tidak ada kejadian kekerasan apapun baik sebelum maupun setelah 11 September. Terkait adanya dugaan M membuang kacamata APS, pihak sekolah mengakui hal itu terjadi saat pelajaran agama.

Namun, Junita mengaku tidak tahu persis kejadiannya. Dia hanya menyatakan M langsung ditempatkan di dekat guru setelah kejadian berlangsung.

"Dia sudah kami berikan bimbingan," tambahnya.

Sebelumnya, APS diduga mengalami kekerasan fisik oleh teman sekelasnya M. Akibat kekerasan yang diduga dilakukan dengan menendang beberapa bagian tubuh, salah satunya bagian kemaluan, APS mengalami pembengkakan.

Dia juga mengalami depresi psikis dan tidak ingin kembali masuk sekolah hingga saat ini. Kedua orangtuanya, Yessi Caroline dan Arif Setyanto sudah melaporkan insiden ini ke KPAI pada 15 Oktober lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement