REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Aksi mahasiswa Kota Bogor yang mengevaluasi satu tahun kinerja pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla berujung ricuh. Mahasiswa dan pihak polisi terlibat bentrokan saat mahasiswa berpawai tak jauh dari depan pintu II Istana Bogor, Selasa (20/10).
Bentrokan dipicu oleh mahasiswa yang menolak imbauan polisi untuk tertib saat berpawai. Para mahasiswa membentuk lingkaran di jalan raya sehingga membuat kendaraan yang melintas terhambat.
Polisi yang meminta mahasiswa memberi ruang bagi pengguna jalan bergeming dan terus berorasi. Mereka menyebutkan sejumlah tuntutan untuk Jokowi-JK, termasuk meminta Presiden turun dari jabatannya dan mengatakan pemerintah gagal menyelesaikan permasalahan negara.
"Bapak-bapak berseragam ini seharusnya membela kita, namun apa kawan-kawan? Mereka melarang kita bersuara di rumah kita sendiri," ujar salah satu orator dari Pengurus PMII Komisariat Ibn Khaldun Bogor, melalui pengeras suara.
Aksi dorong-mendorong sempat terjadi saat polisi akan menertibkan para mahasiswa. Empat orang mahasiswa dibawa menggunakan mobil polisi untuk diamankan sementara.
Kepala Bagian Operasional Polres Kota Bogor, Kompol Richardo Condrat Yusuf mengatakan, tak ada korban luka dalam kericuhan tersebut. Empat mahasiswa yang diamankan tidak ditahan dan segera dipulangkan.
"Hari ini kami menurunkan lebih dari 200 personel, 147 orang di titik satu Tugu Kujang dan 71 orang di pintu satu dan dua istana," tuturnya.
Aksi berangsur bubar saat para mahasiswa selesai membacakan keseluruhan tuntutan. Mahasiswa mendesak pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, dan mengusut tuntas pelaku pembakaran hutan.
Selain itu, memperkuat pendidikan agama di semua level, memberikan akses pendidikan seluas-luasnya, mengusut tuntas kasus Salim Kancil, Tolikara Papua dan Aceh Singkil, serta menolak perpanjangan Freeport.