Jumat 23 Oct 2015 20:37 WIB

Sleman akan Tebang 50 Pohon Beresiko Tumbang

Rep: C97/ Red: Karta Raharja Ucu
Pohon tumbang
Pohon tumbang

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman akan menebang 50 pohon yang beresiko tumbang. Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman, Indra Darmawan mengatakan, saat ini ada 22 ribu pohon yang tumbuh di kabupaten setempat.

"Usia pohon yang akan kami tebang variatif ada yang lima sampai 10 tahun," katanya, Kamis (22/10).

Program penebangan pohon ini akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya kondisi pohon yang akan ditebang sudah keropos dan kering. Sehingga tumbuhan perindang tersebut rawan tumbang.

Indra mengatakan saat ini sudah ada tim dari BLH Sleman yang bertugas mengecek kondisi pohon berisiko tumbang. Namun selama ini informasi pohon berisiko tumbang berasal dari masyarakat. Maka itu partisipasi masyarakat dalam melaporkan pohon keropos sangat penting.

BLH sendiri sudah melakukan edukasi terhadap masyarakat. Sehingga diharapkan bisa berperan aktif dalam mengawasi resiko pohon tumbang. Setelah mendapatkan laporan, tim BLH akan mengecek kondisi pohon.

“Rabas-rabas pohon diprioritaskan pada kawasan yang rawan kena angin ribut. Ini juga untuk mengantisipasi musim hujan,” kata Indra.

Adapun lokasi pohon perindang yang kering dan keropos, seperti di Koroulun Lor, Bimomartani, Ngemplak, Cangkringan dan Jalan Magelang. Jenis pohon perindang yang mudah patah yaitu angsana, beringin, randu dan sengon. Kepala Stasiun Geofisika BMKG Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan bulan ini DIY sudah memasuki masa pancaroba. Sehingga ada beberapa cuaca ekstrim yang perlu diwaspadai yaitu angin kencang, petir, dan hujan lebat.

“Perkiraan pancaraoba ini terjadi selama satu bulan. Sedangkan musim hujan perkiraannya November akhir," ujarnya. Untuk mengantisipasinya masyarakat bisa memangkas pohon-pohon rimbun dan memperkuat atap-atap nonpermanen.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement