REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mentaksir kerusakan akibat gempa berkekuatan 6,2 skala richter yang terjadi di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur pada Kamis lalu, mencapai puluhan miliar. Tak hanya kerugian material, gempa tersebut juga menyebabkan sejumlah orang terluka.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho merinci kerugian yang ditimbulkan dari musibah tersebut mencapai Rp 49,75 miliar.
"Kerusakan tersebut mencakup sarana jalan, jembatan, irigasi," kata Sutopo saat dihubungi, Ahad (8/11). Rinciannya, sarana perumahan Rp 4 miliar, sarana Pendidikan atau sekolah Rp 1,5 miliar, fasilitas ibadah atau gereja Rp 750 juta, bangunan pemerintah atau perkantoran Rp 3,5 miliar. Jumlah total Rp 49,75 miliar.
Sutopo mengatakan, data tersebut hanya sementara dari kerusakan bangunan yang ada karena pendataan masih dilakukan. Menurut dia, jarak antardesa berjauhan dan aksesibilitas tidak mudah.
"Beberapa ruas jalan tertutup longsor. Alat berat dan personel TNI juga dikerahkan untuk membuka jalan," ujar Sutopo.
Sutopo melanjutkan, upaya penanganan darurat terus dilakukan. Tim Reaksi Cepat BNPB, kata Sutopo telah mendampingi BPBD Alor dan berkoordinasi dengan BPBD, TNI, Polri dan unsur lainnya. "Dana sebesar Rp 250 juta disiapkan untuk operasional darurat BPBD Alor. BPBD Kabupaten Alor dan Polres Alor juga telah melakukan pendistribusian kebutuhan logistik ke daerah yang terdampak," katanya.
Ia menambahkan, saat ini logistik mendesak yang dibutuhkan warga yakni makanan, air bersih, pelayanan kesehatan bagi pengungsi, bahan bangunan, MCK, susu, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.