REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo kembali melakukan pertemuan dengan para petinggi Parpol Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Masalah reshuffle kabinet menjadi salah satu yang dibahas dalam pertemuan itu, meski tidak bisa dipastikan kapan Presiden Jokowi akan kembali melakukan perombakan kabinetnya.
Pengamat Politik Indonesia, Ray Rangkuti, menilai memang ada semacam kebutuhan untuk melakukan perombakan kabinet, khususnya bagi Joko Widodo sebagai seorang presiden. Kebutuhan yang dimaksud, lanjut Ray, merupakan kebutuhan untuk mendisiplinkan kabinet yang ada, agar tidak lagi terkesan memiliki warna yang berbeda dan malah menimbulkan kontroversi.
"Presiden sendiri butuh untuk mendisiplinkan kabinet," katanya kepada Republika.co.id, Jum'at (13/11).
Pendiri LSM Lingkar Madani (LIMA) tersebut berpendapat, kebutuhan untuk dilakukannya perombakan kabinet dalam waktu dekat, menjadi sangat signifikan dengan kebutuhan mendisiplinkan.
Maka itu, kordinasi ataupun silaturahim kepada petinggi-petinggi partai pendukung, menjadi sangat penting untuk dilakukan Presiden Joko Widodo, sebelum melakukan perombakan kabinet.
Ia merasa pertemuan dengan KIH atau yang sekarang berkomitmen menjadi partai-partai pendukung pemerintah, penting untuk dilakukan karena perombakan berpotensi mengurangi jatah partai-partai pendukug di kabinet.
Menurutnya, hal itu tentu dikarenakan merapatnya Partai Amanat Nasional (PAN) ke dalam Koalisi Indonesia Hebat, setelah sebelumnya berada di Koalisi Merah Putih. Ia menambahkan Reshuffle Kabinet jilid II mungkin diharapkan agar menghilangkan gejolak yang selama ini ada, yang tidak jarang terjadi pada orang-orang yang berasal dari partai-partai pendukung belakangan.
Secara tidak langsung, Ray mengira pertemuan-pertemuan yang dilakukan sebelum dilakukannya reshuffle, adalah permintaan untuk mendukung program-program yang hendak dijalankan pemerintah.