REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat intelijen Amerika Serikat AS mengatakan kepada CBS News bahwa paspor warga Suriah yang ditemukan setelah serangan di Paris, Prancis, Jumat (13/11) malam diyakini milik salah satu pembom mungkin palsu.
Pejabat itu mengatakan paspor tidak berisi angka yang benar untuk paspor Suriah yang sah. ‘’Fotonya juga tidak sesuai dengan nama,’’ ujarnya seperti dikutip dari laman The Telegraph, Ahad (15/11).
Jika pemalsuan paspor dikonfirmasi, dokumen tersebut bisa berasal dari salah satu dari beberapa tempat. Di Turki, bisnis paspor palsu sedang menjadi tren. Untuk pembayaran satu paspor palsu sekitar 1000 pounsterling.
Paspor ini mungkin dibeli dari dokumen yang dulu milik orang lain. Kemudian mengubah foto dan mengganti identitasnya. Dalam kasus lain, penyelundup mendapatkan paspor kosong asli yang dicuri dari gedung-gedung pemerintah di Suriah karena tengah kekacauan konflik internal, kemudian mesin yang memprosesnya.
Kemungkinan lainnya, dokumen itu dibuat dalam wilayah yang dikuasai kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ketika kelompok teror ini menguasai kota-kota besar, mereka mengambil alih semua bangunan pemerintah, termasuk kantor paspor.