REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda (2001-2009) menegaskan pentingnya kaum Muslim untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kaum Muslim juga harus mengakhiri tindakan kekerasan yang justru bertentangan dengan nilai-nilai Islam seperti yang dilakukan oleh kelompok Alqaidah dan ISIS. Menurut dia, hal tersebut perlu dilakukan guna mencegah tindakan ekstremisme, radikalisme, dan terorisme.
"Pemerintah dan Ulama berperan penting dalam mempromosikan Islam moderat melalui dialog lintas agama dan intraagama Islam," katanya dalam Konferensi Ulama, Cendekiawan Muslim, Ulama, dan Sufi sedunia keempat (International Conference of Islamic Scholars/ICIS) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang (24/11).
Pada saat yang sama, tokoh agama dari Spanyol Abdus Samad Antonio Romero menegaskan Islam tidak pernah mengajarkan pengikutnya untuk berperang satu sama lain. Islam justru mengajarkan ta’aruf (saling kenal), ta’awun (bekerja sama), dan ta’ayusy (koeksistensi) di dalam kehidupan beragama.
"Oleh karena itu, Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin seharusnya dapat menjadi sebuah panduan etika global," ujarnya.
Pertemuan tersebut menekankan betapa pentingnya Islam Moderat disebarkan ke seluruh dunia. Indonesia juga sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia perlu menyebarkan pengalaman menghadapi ekstremis dan toleransi beragamanya kepada seluruh dunia, terutama negara-negara di Eropa.
ICIS keempat ini diikuti oleh 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama dari seluruh Indonesia, para akademisi, juga para duta besar negara sahabat. Konferensi ICIS sebelumnya telah dilaksanakan tiga kali pada 2004, 2006, dan 2008.