REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Bank Indonesia melakukan sosialisasi tentang waspada uang palsu untuk mengantisipasi peredarannya saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah. BI menilai biasanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan memanfaatkan kesempatan tertentu seperti Pilkada untuk melakukan peredaran uang palsu, sehingga masyarakat harus lebih waspada.
"Masyarakat harus terus waspada dan harus tahu membedakan mana uang rupiah yang asli dan mana uang palsu," kata Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Peter Jacobs di Manado, Jumat (27/11).
Oleh karena itu, kata Peter, sosialisasi dan kas keliling akan terus dilakukan baik terhadap swalayan, pasar tradisional ataupun di tempat penduduk sehingga masyarakat akan lebih teliti jika menerima uang. BI Sulut telah melakukan kerja sama dengan kepolisian bahkan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam menyosialisasikan keaslian uang rupiah.
"Jika masyarakat tahu membedakan mana rupiah asli atau palsu, maka kita tidak akan tertipu, karena uang palsu tidak akan ada penggantiannya," jelasnya.
Hingga posisi Oktober 2015, ada sebanyak 262 lembar uang palsu yang ditemukan di Provinsi Sulut. "Yakni 40 lembar pecahan 100 ribu, 15 lembar pecahan 50 ribu, satu lembar pecahan 20 ribu dan dua lembar pecahan 10 ribu," jelasnya.