REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan memberikan kritik keras kepada pemerintah provinsi DKI Jakarta, terkait kecelakan yang melibatkan metromini 80 dan KRL tujuan Jatinegara.
Jonan, saat membuka rapat kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan, menilai bahwa Pemprov DKI kurang peduli atau kurang paham terkait pentingnya keberadaan lintasan layang atau under pass untuk perlintasan sebidang antara jalan raya dan rel kereta.
Jonan pun berniat memanggil Direktur Jenderal Perkeretaapian Hermanto Dwiatmoko dan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Djoko Sasono untuk duduk bersama membuat formulasi baru agar insiden ini tidak terulang.
"Menurut pengalaman saya selama di Jabodetabek, pemerintah propinsi ini kurang peduli atau kurang paham, tidak mengerti pentingnya membangun under pass atau fly over," ujar Jonan, Senin (7/12).
Jonan pun menceritakan, pembangunan lintasan kereta layang sebetulnya sudah dirintis sejak zaman kolonial dengan sebutan viaduct. Salah satu contohnya, lanjut Jonan, adalah lintasan layang di Manggarai. Namun, permasalahan baru yang muncul menurut Jonan adalah volume kendaraan yang terlampau tinggi dibanding dengan kondisi di masa lalu.
"Traffic keretanya itu saya kira lebih dari 100 kali dari traffic jaman viaduct Manggarai dulu, tidak ada tambahan. Bagi saya kalau kesamber kereta harus selesai (perbaikan), sama dengan kecelakaan pesawat, kalau ga selesai nanti orangnya malah nyesal," kata Jonan.
Seperti diketahui, kemarin sebuah metromini dilaporkan menerobos palang pintu perlintasan kereta dan mengakibatkan tubuh metromini tertabrak KRL yang melintas. Kejadian ini menewaskan 18 orang dan tujuh korban masih dilakukan perawatan medis.