REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Ahad mengecam hartawan Donald Trump, dengan menyatakan seruan calon utama Partai Republiken itu, yang melarang Muslim memasuki Amerika Serikat, membahayakan keamanan nasional.
"Melarang mereka secara terang-terangan, karena mereka memeluk agama tertentu? Itu benar-benar berlawanan dengan nilai hakiki negara kita, yang dibangun atas dasar tenggang rasa," kata Kerry kepada media.
Trump meminta pelarangan sementara atas muslim pada awal pekan lalu setelah suami-istri Muslim menewaskan 14 orang dalam penembakan di Kalifornia, yang disebut sebagai ulah "terorisme".
Usul hartawan perumahan itu menyulut tanggapan panas baik dari dalam Amerika Serikat maupun dari luar negeri.
Kerry menyatakan permintaan Trump itu membahayakan keamanan nasional karena memperlihatkan kepribadian salah warga Amerika Serikat, yang bersaing untuk merebut kursi tertinggi, tentang keinginan melakukan pembedaan terhadap kepercayaan.
Saat berkomentar kepada media lain, Kerry menyebut usul Trump itu kebijakan luar negeri berbahaya.
"Itu berkata kepada mereka yang beragama Islam yang mencoba memanfaatkan orang-orang dan merekrut petarung asing dan sebaliknya, itu mengatakan lihatlah, lihatlah Amerika. Disini mereka mendapati seseorang yang ingin menjadi Presiden yang menyatakan perang melawan Islam," kata Kerry.
"Itu dapat dieksploitasi, apakah dia sengaja ataupun tidak. Dan itu memungkinkan rekrutme. Itu memungkinkan Amerika terlihat seperti mereka benar-benar melakukan diskriminasi terhadap Islam, terhadap para Muslim," tambahnya.
Kepala diplomat Amerika Serikat itu terlihat di televisi sehari setelah para duta dari 195 negara menyetujui perjanjian bersejarah di Paris untuk mengatasi pemanasan global.
Kerry mengatakan bahwa sudah jelas dari apa yang dia dapatkan dari diplomat lain di Paris bahwa komentar anti Muslim milik Trump membahayakan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
"Saya rasa itu memiliki penurunan besar terkait dengan kebijakan luar negeri Amerika dan saya mendengar hal ini dari para Menteri Luar Negeri dan pihak lain saat saya berkunjung dan bertemu dengan orang-orang di berbagai negara," katanya.