Kamis 17 Dec 2015 03:19 WIB

Pasca-Pilkada, Tensi Politik di NTB Meningkat

Pilkada Serentak (Ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pilkada Serentak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB), Brigjen Pol Umar Septono mengatakan tensi politik di daerah tersebut relatif masih meningkat pascaproses pemungutan suara di pilkada tujuh kabupaten/kota.

"Tensi masih meningkat, tetapi dalam batas-batas kewajaran. Karena masyarakat semakin sabar, semakin pintar dalam berdemokrasi," kata Kapolda Umar Septono di Mataram, Rabu (16/12).

Menurut dia, pascapemungutan suara indikasi kerawanan seperti konflik tidak ada. Kalaupun terjadi hanya sebatas pada aksi unjuk rasa seperti yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Utara dan Kabupaten Bima.

"Tetapi itupun masih dilakukan dalam taraf biasa. Karena semua pihak masih mampu menjaga dan menerima hasil pelaksanaan pilkada," ujar dia.

Disinggung terkait pelanggaran pemilu, seperti adanya laporan politik uang. Kapolda mengatakan ranah tersebut ada pada Panwaslu. "Kalau soal politik uang itu ranahnya Panwaslu. Polisi belum bisa menangani langsung," ucap dia menegaskan.

Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi menilai situasi keamanan di provinsi itu selama proses pemungutan suara di tujuh kabupaten/kota yang melaksanakan pilkada serentak berlangsung kondusif. "Dari hasil pantauan kami di beberapa TPS, terlebih lagi di Kabupaten Lombok Tengah. Di mana sebelumnya daerah ini masuk zona merah, tetapi faktanya semuanya sangat kondusif, begitu juga dengan kabupaten/kota lain yang melaksanakan pilkada," kata gubernur.

Menurut dia, selain kondusifnya keamanan, partisipasi pemilih juga lebih di atas 50 persen dari jumlah pemilih. "Insya Allah semua akan berjalan lancar, begitu juga dengan di Kabupaten Bima dan Dompu," kata dia.

Gubernur menuturkan, terpenting dari tuntasnya pelaksanaan pemungutan suara adalah bagaimana masyarakat terus mengawal proses rekapitulasi di tingkat PPK yang ada di kecamatan. Sebab, seringkali ada dugaan muncul proses yang dilakukan kurang transparan.

"Kami meminta semua komponen masyarakat juga ikut memantau, karena sering kali isu yang beredar di masyarakat, tindakan kecurangan pada proses penghitungan suara sering terjadi di tingkat PPK," imbuh dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement