Selasa 29 Dec 2015 19:33 WIB

Bentrok Antarnapi Sulit Berakhir Meski Lapas Kerobokan Dipindah

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Karta Raharja Ucu
 Polisi mengawasi lalu lalang pembesuk di pintu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan pasca bentrokan, Denpasar, Jumat (18/12).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Polisi mengawasi lalu lalang pembesuk di pintu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan pasca bentrokan, Denpasar, Jumat (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Central Detention Studies (CDS) Ali Aranoval berpendapat, pemindahan Lapas Kerobokan, Denpasar, Bali, belum tentu menjadi solusi. Bahkan, jika lapas tersebut dipindah ke kapasitas yang lebih besar, jika penghuninya tidak terkontrol, hasilnya akan sama saja.

Di Lapas Kerobokan sering terjadi bentrok antarnarapidana. Karena itu, muncul wacana untuk memindahkan lapas tersebut.

“Meskipun dibangun baru, ternyata kapasitasnya sama dengan Lapas Kerobokan, ya sami mawon, gak ada bedanya. Bahkan jika misalkan dipindah dengan kapasitas yang lebih, misalkan untuk 1.000 orang, tapi isinya ternyata 2.000 kan gak solusi juga,” kata Ali saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (29/12).

 

Ali melanjutkan, solusi yang paling tepat adalah dengan cara mengontrol populasi yang masuk ke dalam Lapas Kerobokan tersebut. Bahkan, akan lebih baik lagi jika pemerintah sudah mulai memikirkan cara untuk menekan jumlah orang yang masuk ke dalam penjara.

“Yang benar adalah mengontrol populasi. Kalau mau solusi jangka panjangnya, harus sudah mulai bicara penekanan jumlah orang yang masuk ke dalam penjara,” ucap Ali.

 

Sebelumnya, Gubernur Provinsi Bali, I Made Mangku Pastika mengusulkan relokasi Lapas Kerobokan ke sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung. Selain karena penghuninya sudah melebihi kapasitas, sering terjadi bentrok antarnapi di lapas terbesar di Bali tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement